Category Archives: Berita Global

https://orkutluv.com

AS Resmi Tinggalkan WHO, Keputusan Kontroversial Trump

Pada Senin (20/1/2025), Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan keputusan yang mengejutkan: penarikan keanggotaan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keputusan ini menjadi babak baru dalam hubungan AS dengan badan internasional yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan tanggapan global terhadap berbagai krisis kesehatan, termasuk pandemi.

Langkah Trump ini disorot oleh banyak pakar kesehatan masyarakat yang memperingatkan bahwa keputusan tersebut dapat melemahkan peran AS sebagai pemimpin dalam upaya kesehatan global dan memperburuk respons terhadap pandemi di masa depan. Kritik terhadap WHO oleh Trump sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2020, saat ia mengecam cara organisasi itu menangani pandemi Covid-19. Pada waktu itu, Trump bahkan mengancam akan menghentikan pendanaan AS untuk WHO, namun ancaman itu baru terlaksana setelah kekalahannya dalam pemilu 2020.

Melalui perintah eksekutif yang ditandatanganinya, Trump menjelaskan bahwa keputusannya didorong oleh sejumlah alasan. Di antaranya adalah “kesalahan organisasi dalam menangani pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, serta kegagalan WHO dalam melakukan reformasi yang sangat diperlukan.” Selain itu, Trump juga mengkritik ketidakmampuan WHO dalam menjaga independensinya dari pengaruh politik dan merasa bahwa AS sudah membayar lebih banyak dibandingkan negara-negara lain untuk mendanai WHO.

Menurut laporan The New York Times, keputusan untuk keluar dari WHO akan memberikan dampak signifikan bagi AS, termasuk berkurangnya akses Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS terhadap data global yang disediakan oleh organisasi tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2020, saat China pertama kali merilis urutan genetik virus Covid-19, informasi tersebut pertama kali dibagikan oleh WHO kepada negara-negara anggota. Tanpa akses tersebut, AS bisa kehilangan sumber informasi penting yang berhubungan dengan kesehatan global.

Keputusan ini juga mengarah pada perdebatan yang lebih luas mengenai perjanjian pandemi yang sedang dipertimbangkan oleh WHO. Perjanjian tersebut bertujuan untuk memperkuat kesiapsiagaan terhadap pandemi, mengatur kebijakan yang mengikat secara hukum mengenai pengawasan patogen, serta berbagi data wabah dengan cepat. Namun, beberapa anggota parlemen dari Partai Republik AS menganggap perjanjian ini dapat mengancam kedaulatan negara mereka.

Lawrence O. Gostin, seorang pakar hukum kesehatan masyarakat di Universitas Georgetown, menyebut langkah Trump ini sebagai “kerugian besar” untuk kesehatan masyarakat global dan “akan lebih merugikan” kepentingan serta keamanan nasional AS. WHO, yang didirikan pada tahun 1948 dengan dukungan besar dari AS, bertugas untuk mengatasi tantangan kesehatan global dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia. Sebagai badan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WHO berperan penting dalam memberikan bantuan kepada wilayah yang terdampak konflik, serta melacak dan mengendalikan epidemi seperti Zika, Ebola, dan Covid-19.

Penarikan diri AS dari WHO ini menunjukkan ketegangan antara prioritas nasional dan kerjasama internasional, serta menambah tantangan bagi dunia dalam menghadapi krisis kesehatan yang semakin kompleks. Sementara WHO terus berupaya mengoordinasikan respons global terhadap penyakit dan wabah, langkah ini memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan kerjasama internasional dalam bidang kesehatan.

CEO TikTok Shou Zi Chew Pernah Beli Bungalow Mewah Di Singapura Dengan Harga Fantastis

Terungkap bahwa CEO TikTok, Shou Zi Chew, pernah membeli bungalow tua seharga 86 juta dolar Singapura (sekitar Rp 1,031 triliun) di kawasan elit Queen Astrid Park, Singapura. Pembelian ini mencerminkan kesuksesan Chew dalam dunia bisnis dan kemampuannya untuk berinvestasi dalam properti mewah.

Bungalow yang dibeli oleh Chew terletak di distrik 10 Singapura, yang dikenal dengan perumahan mewah dan sekolah-sekolah unggulan. Kawasan ini merupakan salah satu area paling diidamkan di Singapura, dengan properti yang sering disebut sebagai “good class bungalow” (GCB). Ini menunjukkan bahwa Chew tidak hanya membeli sebuah rumah, tetapi juga berinvestasi dalam gaya hidup yang sangat dihargai di kalangan elit Singapura.

Menurut informasi dari co-founder Singapore Realtors Inc., Bruce Lye, harga bungalow Chew tergolong yang tertinggi di kawasan tersebut. Properti ini berdiri di atas lahan seluas 2.954 meter persegi, memberikan ruang yang cukup untuk pembangunan atau renovasi lebih lanjut. Meskipun kondisi bungalow saat itu tampak tua dan kumuh, Chew berencana untuk merenovasi properti tersebut. Ini mencerminkan visi jangka panjang Chew dalam mengubah properti menjadi hunian yang lebih modern dan nyaman.

Pembelian bungalow oleh CEO TikTok ini menjadi tolok ukur baru untuk pasar properti mewah di Singapura. Lye menyatakan bahwa transaksi besar seperti ini jarang terjadi di kawasan elit karena banyak pemilik yang enggan menjual properti mereka. Hal ini menunjukkan bahwa minat terhadap properti mewah tetap tinggi meskipun ada tantangan ekonomi global.

Shou Zi Chew adalah seorang profesional berpengalaman yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO) di perusahaan induk TikTok, ByteDance. Ia mulai menjabat sebagai CEO TikTok pada Mei 2021 dan telah membawa banyak inovasi ke platform tersebut. Keberhasilannya dalam kariernya memungkinkan dia untuk melakukan investasi besar seperti pembelian bungalow ini.

Dengan pembelian bungalow mewah ini, semua pihak berharap agar Shou Zi Chew dapat terus berkontribusi pada industri teknologi dan media sosial melalui kepemimpinannya di TikTok. Selain itu, investasi dalam properti ini menunjukkan komitmennya terhadap kehidupan dan budaya Singapura. Keberhasilan Chew dalam mengelola aset-asetnya akan menjadi indikator penting bagi masa depan kariernya dan dampaknya terhadap pasar properti di kawasan tersebut.

China Ungkapkan Kemarahan Terhadap Amerika Serikat, Sebut Tindakan Mereka Kejam

Pemerintah China meluapkan kemarahan mereka terhadap Amerika Serikat setelah serangkaian tindakan yang dianggap merugikan dan tidak adil. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap kebijakan luar negeri AS yang dinilai semakin agresif dan provokatif, terutama terkait isu-isu perdagangan dan keamanan regional.

Ketegangan antara China dan Amerika Serikat telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan kedua negara terlibat dalam perselisihan mengenai berbagai isu, termasuk perdagangan, hak asasi manusia, dan kebijakan luar negeri. China menilai bahwa tindakan AS, seperti pengenaan tarif dan sanksi, merupakan bentuk tekanan yang tidak adil dan merugikan hubungan dua negara. Ini menunjukkan bahwa dinamika geopolitik saat ini sangat kompleks dan penuh tantangan.

Dalam pernyataan resmi, juru bicara Kementerian Luar Negeri China menyebut tindakan AS sebagai “kejam” dan “melanggar hukum internasional.” Mereka menegaskan bahwa AS harus menghormati kedaulatan negara lain dan tidak mencampuri urusan domestik China. Ini mencerminkan sikap defensif China terhadap kritik internasional dan upaya untuk mempertahankan citra positif di mata dunia.

Kemarahan China ini berpotensi memperburuk hubungan bilateral yang sudah tegang. Beberapa analis memperkirakan bahwa tindakan balasan dari China mungkin akan segera menyusul, termasuk sanksi terhadap perusahaan-perusahaan AS atau peningkatan kontrol terhadap produk-produk yang diimpor dari AS. Ini menunjukkan bahwa hubungan internasional dapat dipengaruhi oleh tindakan sepihak yang diambil oleh salah satu negara.

Reaksi terhadap pernyataan China ini bervariasi di kalangan masyarakat internasional. Beberapa negara mendukung posisi AS dalam menuntut transparansi dari pemerintah China terkait isu-isu hak asasi manusia, sementara yang lain menyerukan dialog untuk mengurangi ketegangan. Ini menunjukkan bahwa pandangan global mengenai hubungan AS-China tidak seragam dan dipengaruhi oleh kepentingan politik masing-masing negara.

Dengan meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat, semua pihak berharap agar dialog dapat dibuka kembali untuk meredakan situasi. Diharapkan bahwa kedua negara dapat menemukan jalan tengah untuk mengatasi perbedaan mereka tanpa harus terjebak dalam konflik terbuka. Keberhasilan dalam mencapai kesepakatan akan menjadi indikator penting bagi stabilitas di kawasan Asia-Pasifik dan dunia secara keseluruhan.

Hindari Utang Menumpuk, Begini Cara Bijak Gunakan Paylater

Layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) atau paylater kini semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai pilihan pembayaran yang fleksibel dalam berbelanja. Dengan opsi untuk membayar di kemudian hari, banyak platform yang menawarkan layanan ini sebagai solusi praktis bagi konsumen yang ingin membeli barang tanpa langsung mengeluarkan uang tunai. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, risiko utang yang terus menumpuk juga mengintai.

Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah utang masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan paylater telah menembus angka Rp30 triliun. Menyikapi hal ini, OJK pun mulai bertindak tegas dengan membatasi penggunaan paylater. Mulai 2025, hanya mereka yang berusia minimal 18 tahun dan memiliki pendapatan bulanan sebesar Rp3 juta yang diperbolehkan untuk mengajukan layanan ini. Langkah ini diambil untuk menghindari agar masyarakat tidak terjebak dalam masalah finansial yang berkepanjangan.

Untuk mencegah penggunaan paylater yang berisiko tinggi, ada beberapa langkah yang bisa diambil agar penggunaannya tetap bijak dan terkendali.

1. Gunakan Paylater untuk Keperluan Mendesak Perencana Keuangan Andi Nugroho mengingatkan agar paylater hanya digunakan untuk keperluan yang mendesak. Contohnya, saat membeli handphone baru karena yang lama rusak atau membeli laptop untuk pekerjaan atau kuliah. Namun, pastikan keperluan tersebut memang urgent dan tidak bisa ditunda. Andi juga menekankan bahwa uang yang didapat dari paylater bukanlah gratis, karena harus dibayar kembali di masa mendatang.

2. Paylater untuk Modal Usaha Menurut Agustina Fitria, seorang perencana keuangan dari OneShield Consulting, paylater sebaiknya digunakan untuk kebutuhan produktif, seperti modal usaha. Misalnya, untuk membeli bahan baku yang akan dijual untuk menghasilkan keuntungan. Penggunaan paylater untuk hal ini dapat memberikan nilai tambah dan mempercepat proses produksi.

3. Perhitungkan Kemampuan Finansial Sebelum menggunakan paylater, penting untuk menilai kemampuan finansial. Andi menyarankan untuk tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan dalam cicilan paylater. Perencanaan yang matang akan meminimalisir kemungkinan terjebak dalam utang yang tak terbayar.

4. Jika Terlanjur Terjerat, Lakukan Restrukturisasi Jika seseorang sudah terlanjur terjerat utang paylater, langkah pertama adalah menata ulang pengeluaran. Andi mengingatkan untuk membatasi pengeluaran yang tidak perlu dan prioritaskan pembayaran cicilan. Jika utang menumpuk, Agustina merekomendasikan untuk menghubungi penyedia layanan paylater dan mencari opsi restrukturisasi utang yang dapat meringankan beban pembayaran.

Dengan menggunakan layanan paylater secara bijak, konsumen dapat menikmati kemudahan yang ditawarkan tanpa harus terjerat dalam masalah utang yang berkepanjangan. OJK sendiri terus memantau perkembangan ini agar masyarakat dapat terhindar dari potensi krisis finansial.

PM Albanese Minta Rusia Segera Konfirmasi Kematian Relawan Australia di Tahanan

Berita mengejutkan datang dari Oscar Jenkins, seorang relawan tempur asal Australia yang dilaporkan meninggal dunia di tahanan Rusia. Jenkins, yang berusia 32 tahun, diketahui bergabung dengan pasukan Ukraina untuk melawan invasi Rusia. Tanggapan dari Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, sangat tegas, di mana ia mengancam akan mengambil langkah serius terhadap Rusia jika laporan tersebut terbukti benar. Hal ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah Australia dalam melindungi keselamatan warganya di luar negeri.

Dalam sebuah konferensi pers, Albanese mengungkapkan bahwa pemerintah Australia sedang melakukan penyelidikan terhadap laporan kematian Jenkins dan mendesak Rusia untuk memberikan penjelasan resmi mengenai keadaan relawan tersebut.“Kami merasa sangat khawatir dan mendesak Rusia untuk segera memberikan kepastian mengenai keberadaan Oscar Jenkins,” kata Albanese. Pernyataan ini menegaskan kekhawatiran besar pemerintah Australia terhadap keselamatan warganya yang terlibat dalam konflik internasional.

Sejak ditangkap, keluarga Jenkins telah mengalami ketidakpastian yang panjang mengenai nasibnya. Beberapa video yang beredar di media sosial menunjukkan Jenkins dalam keadaan terikat dan sedang diinterogasi oleh pihak Rusia. Reaksi masyarakat Australia sangat beragam, dengan banyak yang menunjukkan simpati dan mendukung upaya pemerintah untuk meminta penjelasan dari Rusia. Ini menggambarkan rasa solidaritas masyarakat terhadap keluarga Jenkins yang sedang berada dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

Albanese juga menegaskan bahwa apabila terbukti terjadi kekerasan terhadap Jenkins, pemerintah Australia tidak akan ragu untuk mengambil langkah diplomatik yang tegas, termasuk kemungkinan untuk memanggil duta besar Rusia dari Canberra. Hal ini mengindikasikan kesiapan Australia untuk menanggapi pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara lain dengan cara yang lebih keras.

Jenkins menjadi relawan pertama asal Australia yang dilaporkan meninggal di tangan Rusia sejak dimulainya konflik Ukraina. Meskipun sebelumnya terdapat warga Australia yang kehilangan nyawa dalam pertempuran, tidak ada yang tewas dalam kondisi penahanan. Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam sejarah keterlibatan Australia dalam konflik internasional.

Dengan kondisi yang ada, semua pihak kini akan mengamati bagaimana respons pemerintah Australia terhadap isu yang sangat serius ini. Tindakan tegas dari Perdana Menteri Albanese dan kementerian luar negeri diharapkan dapat memberi pesan yang jelas kepada Rusia mengenai pentingnya menghormati hak asasi manusia dan perlindungan terhadap warga negara asing. Momen ini menjadi ujian besar bagi diplomasi Australia dalam menghadapi tantangan global saat ini.

PM Albanese Desak Rusia Klarifikasi Status Relawan Australia yang Tewas Di Tahanan

Berita mengejutkan muncul mengenai Oscar Jenkins, seorang relawan tempur asal Australia yang dilaporkan tewas di tahanan Rusia. Jenkins, yang berusia 32 tahun, diketahui telah bergabung dengan pasukan Ukraina untuk melawan invasi Rusia. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menanggapi laporan tersebut dengan mengancam akan mengambil tindakan tegas terhadap Moskow jika informasi itu terbukti benar. Ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Australia dalam melindungi warganya di luar negeri.

Dalam konferensi pers, Albanese menyatakan bahwa pemerintahnya sedang melakukan verifikasi informasi mengenai kematian Jenkins dan mendesak Rusia untuk segera memberikan klarifikasi mengenai statusnya. “Kami sangat prihatin dan meminta Rusia untuk segera mengonfirmasi keadaan Oscar Jenkins,” ungkap Albanese. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam pemerintah Australia terhadap keselamatan warganya yang terlibat dalam konflik internasional.

Keluarga Jenkins telah mengalami ketidakpastian yang berkepanjangan mengenai nasibnya sejak ia ditangkap. Video yang beredar di media sosial menunjukkan Jenkins dalam kondisi terikat dan sedang diinterogasi oleh pihak Rusia. Reaksi masyarakat Australia pun beragam, dengan banyak yang merasa prihatin dan mendukung tindakan pemerintah untuk menuntut kejelasan dari Rusia. Ini menunjukkan solidaritas masyarakat terhadap situasi sulit yang dihadapi keluarga Jenkins.

Albanese juga menegaskan bahwa jika terbukti ada tindakan kekerasan terhadap Jenkins, pemerintah Australia akan mengambil langkah-langkah diplomatik yang mungkin termasuk pengusiran duta besar Rusia dari Canberra. Ini menunjukkan bahwa pemerintah Australia siap untuk mengambil tindakan tegas dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara lain.

Jenkins merupakan relawan pertama asal Australia yang dilaporkan tewas dalam penahanan Rusia sejak dimulainya konflik di Ukraina. Sebelumnya, beberapa warga Australia telah kehilangan nyawa dalam pertempuran, tetapi tidak ada yang tewas dalam kondisi penahanan. Ini menandai momen bersejarah bagi Australia dalam konteks keterlibatan warganya dalam konflik internasional.

Dengan situasi ini, semua pihak kini diajak untuk menyaksikan bagaimana pemerintah Australia akan merespons masalah serius ini. Tindakan tegas dari PM Albanese dan kementerian luar negeri diharapkan dapat memberikan sinyal kuat kepada Rusia tentang pentingnya menghormati hak asasi manusia dan perlindungan terhadap warga negara asing. Ini menjadi momen penting bagi diplomasi Australia dalam menghadapi tantangan global saat ini.

TikTok AS Menuju Pemilik Baru? Elon Musk Jadi Kandidat Terkuat

Pada Senin, 13 Januari 2025, Bloomberg News melaporkan bahwa pemerintah China sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk menjual operasi TikTok di Amerika Serikat kepada pengusaha Elon Musk. Langkah ini diambil di tengah tekanan dari pemerintah AS yang mengancam akan memblokir aplikasi tersebut, dengan alasan risiko terhadap keamanan nasional. TikTok, yang merupakan anak perusahaan dari ByteDance, diberi batas waktu hingga 19 Januari 2025 untuk menyelesaikan proses penjualan.

Menurut sumber anonim yang dilansir Bloomberg, salah satu opsi yang sedang dibahas adalah kemungkinan penggabungan TikTok dengan platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), yang dimiliki oleh Elon Musk. Estimasi nilai operasi TikTok di AS diperkirakan berada di kisaran 40 hingga 50 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 650 triliun hingga Rp 813 triliun.

Elon Musk, yang dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia, belum memberikan pernyataan resmi terkait cara pendanaan akuisisi ini. Namun, potensi keterlibatannya telah menarik perhatian publik, terutama setelah kesuksesannya mengambil alih Twitter.

Tahun lalu, pemerintah AS mengeluarkan perintah kepada ByteDance untuk menjual TikTok atau menghentikan operasinya di negara tersebut. Perintah ini berlaku efektif pada 19 Januari 2025, sehari sebelum pelantikan Presiden terpilih Donald Trump. TikTok dituduh menyediakan data pengguna kepada pemerintah China dan menyebarkan propaganda, meskipun tuduhan ini telah dibantah oleh ByteDance dan TikTok.

Sebagai respons, TikTok mengajukan gugatan hukum atas keputusan tersebut, yang kemudian diteruskan ke Mahkamah Agung AS. Dalam sidang pada 10 Januari 2025, mayoritas hakim terlihat skeptis terhadap argumen bahwa kebijakan ini melanggar kebebasan berbicara yang dijamin oleh Amendemen Pertama Konstitusi AS.

Meski begitu, diskusi terkait potensi penjualan TikTok kepada Elon Musk masih dalam tahap awal. Hingga saat ini, belum ada keputusan resmi dari pihak pemerintah China maupun ByteDance mengenai langkah yang akan diambil. Pemerintah China juga tengah menimbang dampak dari keputusan ini terhadap hubungan diplomatik dan bisnisnya dengan Amerika Serikat.

Elon Musk, yang dikenal memiliki hubungan baik dengan Donald Trump, diperkirakan dapat berperan signifikan dalam menjembatani hubungan antara AS dan China selama periode kepemimpinan Trump yang kedua. Sebagai tambahan, Tesla—perusahaan milik Musk—memiliki pabrik besar di China dan negara tersebut merupakan pasar penting bagi kendaraan listriknya.

Tembakan Rudal Korea Utara ke Laut Timur: Pesan untuk Amerika atau Keamanan di Asia?

Pada Selasa pagi, 14 Januari 2025, Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal balistik jarak pendek, yang jatuh di Laut Timur. Peluncuran rudal tersebut diyakini sebagai upaya untuk mengirimkan pesan kepada pemerintahan Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang akan kembali menjabat minggu depan. Hal ini disampaikan oleh para ahli militer di Korea Selatan.

Peluncuran rudal juga terjadi bersamaan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Jepang, Takeshi Iwaya, yang berada di Korea Selatan untuk serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi negara-negara tetangga Asia. Iwaya dijadwalkan untuk memperkuat hubungan bilateral sebelum pemerintahan Trump dimulai.

Menurut laporan militer Korea Selatan, beberapa rudal balistik jarak pendek ditembakkan ke Laut Timur sekitar pukul 09.30 waktu setempat, di dekat wilayah Ganggye, Korea Utara. Para ahli militer menyatakan bahwa rudal tersebut terbang sejauh 250 kilometer sebelum akhirnya mendarat di laut.

Korea Selatan dan Amerika Serikat segera mendeteksi persiapan peluncuran rudal tersebut dan memantau pergerakan rudal sejak dini. Kedua negara mempertahankan kesiapsiagaan penuh, berbagi informasi, serta meningkatkan pengawasan terhadap kemungkinan peluncuran lebih lanjut. Pasukan militer Korea Selatan dan AS juga menguatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman lainnya dari Korea Utara.

Pemerintah Korea Selatan mengecam tindakan ini, dengan Penjabat Presiden Choi Sang-mok mengingatkan bahwa peluncuran tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. “Seoul akan menghadapi provokasi semacam ini dengan respons tegas, mengandalkan postur keamanan yang kuat dan aliansinya dengan AS,” ungkapnya.

Para pengamat internasional berpendapat bahwa peluncuran rudal tersebut mungkin merupakan isyarat dari Korea Utara kepada pemerintahan baru di AS. “Peluncuran ini bisa jadi dimaksudkan untuk memberikan tekanan menjelang masa jabatan kedua Presiden Trump,” kata Yang Moo-jin, Presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul.

Dengan meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, langkah Korea Utara ini semakin menambah ketidakpastian yang harus dihadapi oleh negara-negara tetangga dan komunitas internasional menjelang pemerintahan baru di AS.

Peringatan Tsunami Dibatalkan Jepang Setelah Gempa M 6.8, Keamanan Warga Tetap Diperhatikan

Pada Senin malam, 13 Januari 2025, Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencabut peringatan tsunami yang dikeluarkan sebelumnya setelah gempa bumi dengan kekuatan 6,8 magnitudo mengguncang lepas pantai barat daya negara tersebut. Gempa terjadi sekitar pukul 21.19 waktu setempat, memicu peringatan tsunami di Prefektur Miyazaki, yang terletak di Pulau Kyushu, serta di Prefektur Kochi di wilayah selatan Jepang.

Seiring dengan gelombang peringatan yang dikeluarkan, gelombang tsunami awal setinggi satu meter tercatat menghantam pantai dalam waktu kurang dari 30 menit setelah gempa terjadi. Meskipun peringatan tsunami akhirnya dicabut, pihak berwenang masih meminta agar warga di kawasan yang terdampak tetap waspada dan menjauhi pantai. Peringatan tersebut mencakup potensi bahaya dari longsoran tebing dan batuan yang dapat jatuh jika gempa dengan kekuatan serupa kembali terjadi.

“Gempa bumi dapat terjadi kapan saja. Kami mengingatkan warga untuk selalu siap dan memastikan bahwa persiapan menghadapi gempa dilakukan setiap hari,” ujar pihak berwenang dalam konferensi pers yang dilansir oleh CNN.

Jepang terletak di Cincin Api Pasifik, sebuah kawasan yang dikenal dengan aktivitas seismik yang tinggi, yang menjadikannya salah satu negara paling rawan gempa bumi di dunia. Pada musim panas lalu, badan meteorologi Jepang juga sempat mengeluarkan peringatan terkait kemungkinan gempa megathrust setelah serangkaian gempa di wilayah barat Jepang yang berasal dari Laut Hyuga-nada, tempat gempa terbaru terjadi.

Bencana gempa dan tsunami terbesar yang tercatat di Jepang terjadi pada tahun 2011, ketika gempa berkekuatan 9,1 magnitudo mengguncang wilayah Tohoku, utara Tokyo. Tsunami yang mengikuti menyebabkan lebih dari 20.000 korban jiwa, menghancurkan ribuan rumah, membanjiri kota-kota besar, dan memicu bencana nuklir yang melanda kawasan tersebut.

Dengan posisi geografis yang rawan gempa, Jepang terus memperkuat sistem peringatan dan kesiapsiagaan bencana untuk mengurangi dampak bencana seismik di masa depan. Meskipun ancaman tsunami saat ini telah mereda, pihak berwenang mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kewaspadaan dan mengikuti petunjuk keselamatan.

Elon Musk Jadi Kandidat Pembeli TikTok, China Mulai Jajaki Transaksi Besar

Pada Senin, 13 Januari 2025, Bloomberg News melaporkan bahwa China tengah mengeksplorasi kemungkinan menjual operasional TikTok di Amerika Serikat kepada miliarder Elon Musk. Langkah ini muncul di tengah ancaman dari pemerintah AS yang berencana memblokir aplikasi media sosial tersebut, dengan alasan potensi ancaman terhadap keamanan nasional. TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan induk ByteDance, diberi tenggat waktu hingga 19 Januari 2025 untuk melakukan penjualan.

Menurut sumber yang berbicara kepada Bloomberg secara anonim, salah satu opsi yang sedang dibahas adalah penggabungan TikTok dengan perusahaan media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, yang dimiliki oleh Elon Musk. Nilai operasional TikTok di AS diperkirakan mencapai antara 40 hingga 50 miliar dolar AS (sekitar Rp 650 triliun hingga Rp 813 triliun), angka yang cukup besar untuk transaksi ini.

Elon Musk, yang saat ini menduduki posisi sebagai orang terkaya di dunia, belum mengungkapkan bagaimana dia berencana untuk menyelesaikan pembelian tersebut. Meskipun demikian, langkah ini menarik perhatian mengingat pengaruh besar Musk di dunia bisnis, terutama setelah akuisisinya terhadap Twitter.

Pada tahun lalu, pemerintah AS mengeluarkan perintah yang mewajibkan ByteDance untuk menjual TikTok atau menghentikan operasional aplikasi tersebut di AS. Perintah ini mulai berlaku pada 19 Januari 2025, sehari sebelum pelantikan Presiden terpilih Donald Trump. AS menuduh TikTok memberikan akses kepada pemerintah China untuk mengumpulkan data pengguna dan menyebarkan propaganda, tuduhan yang dibantah oleh pihak TikTok dan ByteDance.

TikTok pun menentang keputusan ini dengan mengajukan banding, yang akhirnya dibawa ke Mahkamah Agung AS. Dalam sidang pada 10 Januari 2025, mayoritas hakim tampak ragu terhadap klaim bahwa perintah tersebut melanggar hak kebebasan berbicara yang dijamin oleh Amendemen Pertama.

Meski demikian, penjajakan penjualan TikTok kepada Elon Musk masih berada dalam tahap awal, dan belum ada keputusan resmi dari pihak berwenang China. Belum jelas pula sejauh mana ByteDance mengetahui rencana ini, sementara pemerintah China masih mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Sebagai sekutu dekat Donald Trump, Musk diprediksi akan memainkan peran penting dalam hubungan AS-China selama masa jabatan kedua Trump. Tesla, perusahaan mobil listrik yang dimiliki Musk, memiliki pabrik besar di China dan menjadikan negara tersebut sebagai salah satu pasar utama untuk kendaraan listrik.