Di Amerika Serikat, seruan mogok seks yang terinspirasi oleh gerakan 4B dari Korea Selatan kini viral di kalangan wanita. Setelah Donald Trump kembali memenangkan pemilihan presiden pada minggu ini, banyak wanita Amerika menunjukkan ketidakpuasan mereka atas hasil tersebut dengan mengikuti gerakan yang menolak kencan, pernikahan, seks, dan memiliki anak.
Gerakan ini menarik perhatian publik sebagai respons terhadap rencana Trump dan Partai Republik yang ingin membatasi akses aborsi dan hak-hak reproduksi wanita di AS. Dilansir NBC News dan Newsweek pada Jumat (8/11/2024), minat terhadap gerakan 4B melonjak di media sosial dan pencarian internet setelah pengumuman kemenangan Trump.
Awalnya populer di Korea Selatan, gerakan 4B mengajak wanita untuk berhenti berhubungan dengan laki-laki sebagai bentuk protes terhadap diskriminasi gender, misogini, dan kekerasan terhadap wanita. Di media sosial TikTok, sejumlah wanita AS yang kecewa dengan hasil pemilu 5 November berbagi video yang menyatakan keikutsertaan mereka dalam gerakan 4B versi Amerika.
Seorang kreator TikTok berkomentar, “Saatnya memboikot semua laki-laki! Mereka kehilangan hak untuk mengecewakan kita,” dalam sebuah video yang viral dengan 3,4 juta penonton. Seruan serupa juga muncul di platform media sosial lainnya, termasuk X (dulu Twitter), di mana banyak wanita berbagi pandangan tentang pentingnya meniru gerakan ini demi mengurangi angka kelahiran di Amerika.
Data Google mencatat lebih dari 200.000 pencarian terkait “gerakan 4B” pada Rabu (6/11), menjadikannya salah satu topik trending. Seorang pengguna X, @lalisasaura, menulis, “Sudah saatnya mempertimbangkan gerakan 4B seperti di Korea Selatan untuk mengurangi angka kelahiran secara drastis di Amerika.”
McKenna, seorang wanita 24 tahun dari negara bagian AS yang konservatif, juga menyatakan dukungannya untuk gerakan ini. “Sulit menerima kenyataan bahwa di negara ini, Anda hanya diakui jika Anda pria kulit putih. Saya tidak akan membiarkan orang lain menyentuh saya hingga hak-hak kami dipulihkan,” katanya kepada The Guardian.
Diperkenalkan pada tahun 2018 di Korea Selatan, gerakan 4B berkembang saat gerakan #MeToo menyebar luas. Gerakan ini diakui sebagai bentuk protes terhadap ekspektasi gender, diskriminasi, dan ketidaksetaraan yang dialami wanita.
Trump sendiri memiliki pandangan yang bervariasi soal larangan aborsi nasional. Pada awalnya, ia mendukung undang-undang yang membatasi akses aborsi secara nasional, namun kemudian berpendapat bahwa masalah ini seharusnya diputuskan oleh masing-masing negara bagian.
Menurut Sarah Liu, dosen senior di Universitas Edinburgh, Skotlandia, meningkatnya ketertarikan wanita AS pada gerakan 4B menunjukkan bahwa banyak dari mereka merasa lingkungan mereka semakin tidak ramah terhadap hak-hak wanita. “Peningkatan minat ini menunjukkan bahwa patriarki masih sangat dominan di Amerika,” jelas Liu.
Dia menambahkan bahwa mogok seks mungkin bukan konsep baru, namun gerakan 4B menawarkan cara kreatif untuk menentang ekspektasi gender. Meski demikian, Liu memperingatkan bahwa gerakan ini mungkin juga memicu reaksi negatif dari kelompok-kelompok yang menentang feminisme.
Gerakan mogok seks sebagai bentuk protes telah dilakukan di banyak negara seperti Kolombia, Kenya, Liberia, Italia, Filipina, Sudan Selatan, dan Togo, dan kini diadopsi sebagai simbol solidaritas global oleh wanita Amerika yang mendukung gerakan 4B.