Tag Archives: Donald Trump

https://orkutluv.com

Trump Tegaskan Kesepakatan Dagang dengan China Akan Adil dan Menguntungkan

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa kesepakatan yang mungkin tercapai dengan China mengenai hubungan dagang akan bersifat “adil”. Hal ini disampaikan oleh Trump pada Rabu (23/4) di Gedung Putih, di tengah berlanjutnya ketegangan dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Trump menegaskan bahwa hubungan dagang dengan China telah “di luar kendali” di bawah pemerintahan sebelumnya, dan kini akan ada kesepakatan yang adil.

Pernyataan ini menguatkan optimisme Trump setelah pada Selasa (22/4) dia mengungkapkan bahwa para negosiator AS akan bersikap “sangat baik” terhadap Beijing. “Kami akan sangat baik, mereka juga akan sangat baik, dan kita akan lihat apa yang terjadi,” ujar Trump. Ia juga menegaskan bahwa China harus membuat kesepakatan, atau mereka tidak akan bisa berdagang dengan Amerika Serikat. Trump menambahkan bahwa jika negara-negara lain tidak membuat kesepakatan, maka Amerika yang akan menetapkannya.

Ketika ditanya mengenai status negosiasi dengan Beijing, Trump menjawab bahwa semua pihak terlibat dalam proses yang “aktif”. Trump juga menyatakan bahwa meskipun mereka tidak bisa lagi bertindak semena-mena, kesepakatan yang adil akan tercapai, dan Amerika Serikat akan menjadi negara yang dihormati, bukan bahan tertawaan seperti sebelumnya.

Awal bulan ini, Trump menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China hingga 145 persen, sebuah langkah yang semakin memperburuk perang dagang. Meskipun demikian, Trump mengatakan bahwa tarif tersebut akan dikurangi secara substansial, namun tidak akan menghilang sepenuhnya. Beberapa produk impor, seperti kendaraan listrik dan alat suntik, dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi.

Negosiasi Tarif Impor Indonesia-AS Menuju Titik Cerah, Kesepakatan Ditarget Rampung dalam 60 Hari

Proses negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat mengenai tarif impor resiprokal kini menunjukkan perkembangan positif. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan hal ini usai pertemuan tim negosiasi Indonesia dengan sejumlah pejabat tinggi AS pada Jumat, 18 April 2025. Delegasi Indonesia telah berdiskusi langsung dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Wakil Dagang AS Jamieson Greer, serta Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Rencananya, tim negosiasi Indonesia juga akan bertemu Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada pekan depan untuk melanjutkan pembahasan.

Airlangga menyampaikan bahwa kedua negara telah menyepakati penyelesaian negosiasi dalam jangka waktu 60 hari. Dalam pertemuan tersebut, beberapa pokok pembahasan berhasil dirumuskan dalam bentuk kerangka acuan. Topik yang dibahas meliputi kemitraan perdagangan dan investasi, kerjasama dalam bidang mineral kritis, serta penguatan rantai pasok yang tangguh. Pemerintah Indonesia berharap hasil dari pembahasan tersebut dapat segera diformalkan menjadi perjanjian bilateral yang disepakati kedua belah pihak.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, juga telah mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu AS, Marco Rubio, pada 16 April 2025. Pertemuan tersebut membahas penguatan kemitraan strategis, prioritas Astacita Presiden Prabowo Subianto, dan inisiatif dalam mendorong kemudahan berinvestasi di Indonesia. Negosiasi ini merupakan respons atas tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap Indonesia sebesar 32 persen, lebih tinggi dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Namun, sejak 9 April 2025, Trump menetapkan jeda tarif selama 90 hari, termasuk untuk Indonesia, guna memberikan ruang bagi negosiasi lebih lanjut. China, bagaimanapun, tidak mendapatkan keringanan tersebut.

Serangan Rudal di Sumy, Ukraina Berduka di Tengah Upaya Perdamaian

Dua rudal balistik yang diluncurkan Rusia menghantam kota Sumy, Ukraina utara, pada Minggu, 13 April 2025. Serangan tersebut terjadi di saat masyarakat tengah bersiap mengikuti perayaan Hari Minggu Palma, menewaskan sedikitnya 34 warga sipil dan melukai lebih dari 100 orang lainnya. Rudal pertama menghantam pusat konferensi Universitas Negeri Sumy yang tengah ramai oleh mahasiswa, sementara rudal kedua mengenai sebuah bus troli di Jalan Poskrovska yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi pertama. Suasana mencekam terekam jelas di lokasi, dengan jasad bergelimpangan, kendaraan terbakar, dan bangunan runtuh.

Otoritas setempat langsung mengerahkan tim medis, pemadam kebakaran, dan polisi ke lokasi kejadian untuk melakukan evakuasi. Serangan ini disebut sebagai salah satu insiden paling mematikan di Ukraina sepanjang tahun 2025. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengecam keras aksi tersebut, menyebutnya sebagai tindakan teror brutal dan menuntut langkah tegas dari komunitas internasional, khususnya Amerika Serikat. Zelensky juga menyerukan pengiriman sistem pertahanan udara Patriot serta dukungan militer lainnya guna melindungi wilayah udara Ukraina dari serangan lanjutan.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyebut serangan ini sebagai tindakan mengerikan dan menyayangkan kegagalan Rusia dalam menahan agresi. Namun, hingga kini belum ada respons konkret dari pemerintah AS. Dukungan terhadap Ukraina juga datang dari pemimpin Eropa, seperti Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang sama-sama menyerukan gencatan senjata tanpa syarat. Wali kota Sumy telah menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari untuk mengenang para korban.

Judul: Dampak Penundaan Tarif Impor Trump Terhadap IHSG dan Nilai Tukar Rupiah

Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menunda penerapan tarif impor terhadap sejumlah negara selama 90 hari, memicu berbagai spekulasi di pasar global, termasuk di Indonesia. Situasi ini menjadi salah satu sentimen eksternal yang memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja pasar saham dan nilai tukar rupiah. Dalam kondisi seperti ini, banyak pihak mempertanyakan apakah pendekatan teknikal terhadap pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) masih relevan, mengingat dominasi faktor global dalam beberapa hari terakhir.

Dalam program Closing Bell yang disiarkan CNBC Indonesia pada Kamis, 10 April 2025, Dina Gurning berdialog dengan Managing Editor CNBC Indonesia, Ayyi Achmad Hidayah, serta analis pasar Sefti Oktarianisa. Mereka membahas bagaimana pasar keuangan Indonesia merespons keputusan tersebut. Kedua narasumber menilai bahwa walaupun penundaan tarif ini membawa angin segar sementara bagi pelaku pasar, investor tetap perlu mewaspadai dinamika geopolitik yang cepat berubah.

Sefti menyoroti bahwa reaksi pasar terhadap penundaan ini bersifat jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjang masih sangat tergantung pada keputusan lanjutan dari pihak AS. Ayyi menambahkan bahwa IHSG dan rupiah saat ini lebih banyak bergerak dipengaruhi oleh sentimen global ketimbang fundamental domestik. Oleh karena itu, investor perlu mengkombinasikan analisis teknikal dengan pendekatan makroekonomi agar bisa membaca arah pasar secara lebih utuh.

Judul: Penundaan Tarif Trump Dorong IHSG Melejit ke Atas 6.200

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat lonjakan tajam pada awal perdagangan sesi I Kamis (10/4/2025) setelah pasar merespons positif kabar dari Amerika Serikat. Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap penerapan tarif resiprokal bagi sebagian besar negara mitra dagang. Kebijakan ini langsung memicu sentimen positif di pasar modal Indonesia. Pada pukul 09.10 WIB, IHSG melonjak 5,07% dan menembus level psikologis 6.234,34.

Volume transaksi tercatat mencapai 3,3 miliar saham dengan nilai sekitar Rp 3,02 triliun dan dilakukan dalam lebih dari 144.000 transaksi. Seluruh sektor mengalami penguatan signifikan, terutama sektor bahan baku yang mencatat kenaikan 6,49% dan sektor teknologi 5,36%. Dari sisi saham, tiga bank besar menjadi penopang utama indeks, yakni BBCA, BBRI, dan BMRI. Selain itu, saham GOTO juga menyumbang penguatan signifikan terhadap IHSG.

Di balik keputusan Trump, disebutkan bahwa lebih dari 75 negara mitra dagang tidak melakukan balasan tarif dan telah menyatakan kesiapan untuk berdialog. Namun, pengecualian berlaku bagi China, yang justru mendapat peningkatan tarif hingga 125% akibat sikap balasannya. Meski begitu, penundaan tarif tidak berlaku universal. Tarif 10% tetap diberlakukan secara menyeluruh, dan untuk negara seperti Kanada dan Meksiko, produk di luar kesepakatan tetap dikenai tarif tinggi.

Meskipun perang dagang belum sepenuhnya usai, keputusan Trump memberikan sedikit kelegaan sementara bagi pasar global.

Tarif 32 Persen dari Trump Dinilai Tak Guncang Ekonomi RI, ADB Ungkap Alasannya

Kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, dinilai tidak akan membawa dampak besar terhadap perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Pandangan ini disampaikan oleh Nguyen Ba Hung, Ekonom Bidang Asia Tenggara dari Bank Pembangunan Asia (ADB), dalam pemaparan Asian Development Outlook (ADO) April 2025. Ia menegaskan bahwa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar dua persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga paparan terhadap kebijakan tersebut masih tergolong rendah. Terlebih lagi, struktur ekonomi Indonesia lebih ditopang oleh konsumsi dalam negeri serta investasi, bukan dari ekspor. Nguyen menjelaskan bahwa kebijakan kenaikan tarif tersebut lebih didorong oleh keberhasilan Indonesia menjaga surplus neraca perdagangannya dengan Amerika Serikat, bukan semata-mata faktor proteksionisme. Meski begitu, ia mengakui bahwa pihaknya belum dapat memberikan taksiran kuantitatif terhadap dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, mengingat situasinya masih terlalu dini untuk dianalisis secara matematis. Presiden Donald Trump sendiri telah mengumumkan kebijakan tarif impor minimum sebesar 10 persen terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia yang berada di peringkat kedelapan dalam daftar dengan tarif mencapai 32 persen. Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan justru melihat adanya potensi positif dalam pergeseran posisi Indonesia dalam rantai perdagangan global. Ia menilai bahwa langkah Amerika ini bisa menjadi peluang strategis untuk menarik lebih banyak investasi asing dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baru di kawasan.

Langkah Tarif Trump Dikecam China: Ancaman Baru bagi Perdagangan Global

Pemerintah China mengecam keras kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menyebutnya sebagai tindakan keliru yang dapat mengganggu stabilitas sistem perdagangan global. Dalam konferensi pers di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa Washington perlu menghentikan tindakan sepihak tersebut dan menyelesaikan persoalan perdagangan melalui pendekatan yang adil dan saling menguntungkan. Trump pada Rabu (2/4), dalam acara di Gedung Putih, mengumumkan penerapan tarif universal minimal 10 persen untuk hampir semua produk impor, serta tarif timbal balik yang lebih tinggi untuk sekitar 60 negara yang dinilai memiliki defisit perdagangan signifikan terhadap AS. Negara-negara seperti Indonesia, China, Vietnam, dan Jepang termasuk dalam daftar dengan beban tarif hingga 49 persen. Tarif dasar mulai berlaku 5 April, sementara tarif timbal balik efektif diberlakukan pada 9 April 2025. Guo menilai kebijakan ini melanggar prinsip WTO dan menegaskan bahwa China akan mempertahankan kepentingannya. Ia juga menyebut bahwa praktik proteksionisme tidak akan menghasilkan kemenangan bagi siapa pun. Trump mengklaim kebijakan ini dirancang untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan pada barang asing. Namun, para pengamat memperingatkan bahwa kebijakan tarif dapat meningkatkan harga produk, menimbulkan ketidakpastian bisnis, dan mendorong tindakan balasan dari negara-negara terdampak. Ketegangan dagang pun diperkirakan akan kembali memanas di tengah krisis ekonomi global.

Dampak Kebijakan Trump: Ilmuwan AS Pertimbangkan Pindah ke Luar Negeri

Pemerintahan Donald Trump terus mengurangi pendanaan untuk riset ilmiah dan menurunkan peran penelitian di Amerika Serikat. Hal ini membuat banyak ilmuwan mulai mencari kesempatan yang lebih baik di luar AS.

Sebuah survei yang dilakukan oleh majalah Nature dengan melibatkan lebih dari 1.200 ilmuwan, menunjukkan bahwa 75% dari mereka kini mempertimbangkan untuk pindah dari Amerika Serikat, dengan Eropa dan Kanada menjadi tujuan utama.

Tidak hanya itu, hampir 79% peneliti pascasarjana dan lebih dari 250 mahasiswa PhD juga menyatakan bahwa mereka terbuka untuk mencari peluang di luar negeri.

Dalam survei tersebut, salah seorang responden menulis, “Saya siap pindah ke negara yang lebih mendukung sains.” Sementara seorang mahasiswa pascasarjana dari universitas ternama menambahkan, “Saya sangat mencintai negara saya, tapi banyak mentor saya menyarankan saya untuk pergi segera.”

Kondisi ini menggambarkan situasi yang mengkhawatirkan bagi dunia penelitian di AS, yang kini kehilangan banyak talenta. Beberapa ahli menyatakan bahwa reputasi Amerika sebagai pusat inovasi ilmiah mulai terancam di bawah pemerintahan Trump, yang berpotensi menyebabkan dampak ekonomi jangka panjang.

Meskipun beberapa ilmuwan telah dipekerjakan kembali setelah pemecatan massal di lembaga pemerintah federal, ketakutan akan PHK di masa depan masih menghantui. Program pemotongan besar-besaran yang dilakukan oleh Departemen Efisiensi Pemerintah yang dipimpin Elon Musk berisiko menghancurkan lembaga-lembaga penting, termasuk yang bergerak di bidang sains.

Pengurangan dana untuk hibah riset dan tunjangan khusus telah memukul para ilmuwan di AS, yang kini terpaksa menghentikan banyak proyek penelitian dan uji klinis. Seorang ilmuwan mengungkapkan, “Melihat semua pekerjaan saya dihentikan sangat mengecewakan. Saya mulai mencari peluang di Eropa, Australia, dan Meksiko.”

Sementara itu, lembaga riset di luar AS justru menyambut peluang ini. “Beberapa universitas yang kami hubungi, terutama di Kanada, melihat ini sebagai kesempatan emas,” kata seorang peneliti yang telah mengontak universitas di luar negeri.

Penurunan kualitas universitas di AS bisa merugikan daya saing negara tersebut, terutama dalam bidang-bidang seperti kecerdasan buatan (AI). “Universitas adalah pusat inovasi yang sangat penting,” kata Profesor Sabrina Howell dari Universitas New York dalam wawancara dengan New York Times.

Harapan Baru untuk Perdamaian: Perundingan Konflik Ukraina Mulai Menggeliat

Upaya untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Ukraina kini menunjukkan secercah harapan setelah serangkaian perundingan mulai mendapatkan momentum. Dalam beberapa hari terakhir, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengadakan komunikasi terpisah dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, guna membahas langkah-langkah potensial menuju resolusi damai.

Percakapan tersebut menghasilkan kesepakatan terbatas, termasuk komitmen awal untuk mengurangi eskalasi dan penghentian serangan sementara terhadap infrastruktur energi. Putin tetap bersikeras agar Kiev tidak bergabung dengan NATO, sementara Zelensky menekankan pentingnya mempertahankan batas wilayah negaranya. Di sisi lain, Trump mengusulkan agar Amerika Serikat mengambil kendali atas pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina dengan dalih perlindungan bagi negara yang telah lama dilanda peperangan ini.

Meski masih banyak tantangan yang harus dihadapi, perundingan ini dapat menjadi langkah awal menuju solusi yang lebih konkret. Konflik yang telah berlangsung selama empat tahun ini tidak hanya menyebabkan penderitaan besar bagi kedua belah pihak, tetapi juga membawa dampak luas bagi stabilitas global. Ketika tanda-tanda perdamaian mulai muncul, diperlukan lebih banyak upaya diplomasi yang tulus untuk menjembatani perbedaan, membangun kesepahaman, serta merumuskan kebijakan yang dapat menjamin keamanan bersama.

Tanpa kesepakatan yang jelas, perang berisiko berlanjut dengan dampak yang lebih besar, termasuk kerugian lebih luas, meningkatnya ketegangan internasional, dan konsekuensi yang lebih buruk bagi dunia. Oleh karena itu, semua pihak harus berkontribusi secara aktif dalam mencari solusi yang tidak hanya menghentikan konflik, tetapi juga memastikan stabilitas jangka panjang bagi kawasan tersebut.

Serangan Udara AS di Yaman: Rubio Sebut Sebagai Bantuan untuk Dunia

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, menyatakan bahwa serangan udara terhadap kelompok Houthi di Yaman merupakan bentuk bantuan bagi dunia. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu (16/3) sebagai pembelaan terhadap keputusan Presiden Donald Trump yang memerintahkan serangan tersebut. Dalam wawancara di program Face the Nation di CBS News, Rubio menegaskan bahwa tindakan ini bertujuan menghilangkan ancaman terhadap jalur pelayaran global.

Trump sebelumnya mengumumkan melalui platform Truth Social bahwa serangan udara tersebut dilakukan dengan “tegas dan kuat” untuk menghentikan kampanye kekerasan dan terorisme yang dilakukan Houthi terhadap kapal-kapal di perairan strategis. Ia menuding kelompok itu telah menyerang kapal dan drone Amerika serta mengganggu perdagangan dunia, yang disebutnya telah merugikan ekonomi global miliaran dolar. Trump memperingatkan bahwa jika serangan Houthi terus berlanjut, konsekuensi yang lebih besar akan terjadi.

Rubio menegaskan bahwa serangan ini bukan sekadar peringatan, melainkan upaya nyata untuk menghancurkan kemampuan Houthi dalam mengancam jalur perdagangan maritim. Menurutnya, kelompok yang didukung Iran tersebut telah melakukan 145 serangan terhadap kapal komersial dan menyerang kapal Angkatan Laut AS sebanyak 174 kali dalam satu tahun terakhir. Ia menggambarkan Houthi sebagai kelompok perompak yang mempersenjatai diri dengan rudal presisi tinggi dan mengendalikan jalur pelayaran penting di dunia.

Ketegangan meningkat setelah Houthi mengancam akan menyerang kapal terkait Israel jika bantuan kemanusiaan tidak diizinkan masuk ke Jalur Gaza. Sejak akhir 2023, kelompok itu telah menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza. Mereka sempat menghentikan serangan saat gencatan senjata Israel-Hamas diterapkan pada Januari, tetapi kembali mengancam aksi militer setelah Israel memblokir bantuan pada 2 Maret.