https://orkutluv.com

Direktur CIA John Ratcliffe Jelaskan Alasan Pengunduran Diri Massal dan Efisiensi Tenaga Kerja di Era Trump

Direktur CIA John Ratcliffe memberikan penjelasan terkait pengunduran diri massal yang terjadi di lembaganya serta tawaran pesangon yang diberikan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) kepada para pegawainya. Dalam pernyataannya pada Rabu (5/2/2025), Ratcliffe mengungkapkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menyelaraskan CIA dengan prioritas keamanan nasional yang ditetapkan pada masa pemerintahan Donald Trump. CIA, sebagai badan intelijen pertama, mengikuti kebijakan efisiensi yang digagas oleh pemerintah AS untuk memangkas tenaga kerja dan anggaran guna menghemat biaya operasional.

“Langkah-langkah yang diambil ini merupakan bagian dari strategi besar untuk memberi energi baru pada CIA, membuka peluang bagi pemimpin-pemimpin baru yang tengah berkembang, dan mempersiapkan lembaga ini untuk menjalankan misinya dengan lebih baik di masa depan,” kata juru bicara CIA, mengutip pernyataan dari kantor berita AFP.

Ratcliffe, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur CIA dari 2020 hingga 2021 di bawah pemerintahan Trump, baru saja disetujui kembali oleh Senat AS bulan lalu. Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa di bawah kepemimpinannya, CIA akan memastikan setiap analisis yang dihasilkan tetap mendalam, obyektif, dan tanpa bias politik. Selain itu, Ratcliffe menegaskan pentingnya mengumpulkan intelijen dari seluruh dunia, bahkan di wilayah yang sulit dijangkau. Dalam pidatonya kepada para petugas CIA, Ratcliffe memberikan tantangan bagi mereka untuk siap membuat perbedaan nyata dalam tugas mereka, atau memilih mencari pekerjaan baru jika mereka tidak sepakat dengan arahan kepemimpinannya.

Dengan perubahan besar yang terjadi di tubuh CIA, Ratcliffe berharap lembaganya dapat lebih responsif terhadap tantangan keamanan nasional yang terus berkembang, sekaligus mengedepankan transparansi dan objektivitas dalam setiap keputusan yang diambil.

Penembakan di Sekolah Swedia, Lima Orang Terluka dalam Insiden Serius di Orebro

Pada Selasa (4/2/2025), sebuah insiden penembakan terjadi di Orebro, Swedia, tepatnya di sebuah sekolah yang menyebabkan lima orang terluka. Kepolisian segera bergerak cepat untuk menangani situasi dan meminta masyarakat untuk menjauhi area kejadian. Di lokasi kejadian, kehadiran aparat kepolisian cukup besar, dengan beberapa ambulans dan kendaraan darurat terlihat di luar sekolah.

Polisi setempat mengonfirmasi bahwa korban yang terluka mencapai lima orang, lebih banyak dari laporan awal yang hanya menyebutkan empat orang. Namun, tingkat keparahan luka-luka korban masih belum dapat dipastikan. Hingga saat ini, pihak kepolisian sedang menyelidiki insiden tersebut sebagai percobaan pembunuhan, pelanggaran senjata berat, dan pembakaran.

Warga diimbau untuk menjauh dari tempat kejadian atau tetap berada di rumah demi keamanan. Polisi juga mengingatkan bahwa situasi bahaya masih berlangsung. Setelah pukul 14.00 waktu setempat, mereka kembali memperbarui peringatan agar masyarakat tetap waspada. Sementara itu, para murid di sekolah-sekolah sekitar dan di sekolah yang menjadi tempat kejadian diamankan dengan sistem penguncian di sekolah-sekolah terdekat.

Menteri Kehakiman Swedia, Gunnar Strommer, menyatakan dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV SVT bahwa insiden tersebut tergolong serius. “Pemerintah berkoordinasi erat dengan pihak kepolisian dan terus mengikuti perkembangan situasi dengan cermat,” ucapnya.

Beberapa saksi melaporkan mendengar suara tembakan senjata api otomatis di sekitar lokasi kejadian. Sumber lain dari surat kabar Aftonbladet juga melaporkan bahwa rumah sakit setempat telah mengosongkan ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif (ICU) untuk mengantisipasi kedatangan lebih banyak korban luka.

TNI AD Perbarui Doktrin Perang, Siap Hadapi Tantangan Era Modern

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menegaskan bahwa doktrin perang TNI AD akan diperbarui agar tetap relevan dengan perkembangan zaman dan sistem pertahanan modern. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari arahan Panglima TNI dalam rapat pimpinan (Rapim) TNI yang digelar beberapa waktu lalu.

“Doktrin harus terus diperbarui agar sesuai dengan tantangan dan kemampuan yang kita miliki, terutama di Angkatan Darat,” ujar Maruli usai menghadiri Rapim TNI di Balai Kartini, Jakarta Selatan.

Salah satu cara untuk memperbarui doktrin tersebut adalah dengan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista). Maruli memastikan bahwa TNI AD akan mendapatkan alutsista yang lebih canggih guna meningkatkan efektivitas infanteri di medan tempur. Meski demikian, ia belum merinci jenis alutsista baru yang akan segera dihadirkan.

Selain peningkatan alutsista, reformasi doktrin juga akan dilakukan melalui sistem pendidikan dan pelatihan tempur. Menurut Maruli, kurikulum pendidikan militer, mulai dari calon tamtama, bintara, perwira, hingga Akademi Militer dan lembaga pendidikan tinggi militer lainnya, akan dikaji ulang untuk menyesuaikan dengan tantangan era modern.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menilai bahwa doktrin perang TNI saat ini sudah usang dan perlu diperbarui agar selaras dengan perkembangan teknologi, termasuk penggunaan drone berbasis kecerdasan buatan (AI) dalam peperangan modern.

Selain itu, TNI juga akan memperkuat satuan siber dengan merekrut masyarakat sipil yang ahli di bidang siber guna menghadapi ancaman serangan digital dari negara asing. Agus optimistis bahwa dengan pembaruan doktrin ini, pertahanan Indonesia akan semakin kuat dan siap menghadapi ancaman perang di masa depan.

Kemendikti Siap Cairkan Tukin Dosen 2025, Menunggu Perpres Terbit!

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) memastikan bahwa tunjangan kinerja (tukin) bagi dosen pada tahun 2025 akan segera diberikan. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemendikti Saintek, Togar M. Simatupang, yang menjelaskan bahwa pihak kementerian telah mengajukan permohonan anggaran tambahan ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Permohonan tersebut diajukan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR pada 23 Januari 2025.

“Ketua Banggar DPR RI telah menyampaikan bahwa anggaran yang diperlukan sekitar Rp 2,5 triliun. Saat ini kami sedang menunggu terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) untuk melanjutkan proses ini,” ujar Togar dalam pernyataan yang diterima Kompas.com pada Jumat (31/1/2025).

Togar menambahkan, Kemendikti Saintek telah menyiapkan tiga opsi untuk pemberian tukin kepada dosen Aparatur Sipil Negara (ASN). Opsi pertama mencakup dosen di Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN-Satker) dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU) yang belum menerima remunerasi. Untuk opsi ini, pemerintah membutuhkan anggaran sekitar Rp 2,8 triliun.

Opsi kedua adalah untuk dosen PTN Satker dan BLU yang sudah menerima remunerasi, namun masih di bawah jumlah tukin yang seharusnya diterima. Pemerintah memerlukan anggaran sebesar Rp 3,6 triliun untuk opsi ini.

Opsi ketiga adalah pemberian tukin kepada seluruh dosen ASN yang berjumlah sekitar 81.000 orang, dengan total anggaran yang diperlukan mencapai Rp 8,2 triliun.

“Kami mengajukan tiga opsi ini untuk menghargai kontribusi dosen, sambil mempertimbangkan kondisi fiskal negara,” tambah Togar.

Kemendikti Saintek juga telah mengirimkan surat edaran kepada pimpinan perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia pada 28 Januari 2025. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa sejak 2020 hingga 2024, pemerintah sebelumnya, yaitu Kemendikbud Ristek, tidak mengajukan anggaran tukin ke Kemenkeu. Meskipun begitu, pada 1 Oktober 2024, Nadiem Makarim yang saat itu menjabat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah mengeluarkan peraturan menteri terkait tukin dosen.

Namun, perubahan nomenklatur dari Kemendikbud Ristek ke Kemendikti Saintek menyebabkan keterlambatan dalam pengajuan anggaran tukin dan penerbitan Perpres. Meskipun demikian, dengan langkah-langkah yang telah diambil, diharapkan pembayaran tukin dapat segera terlaksana pada tahun 2025.

Diharapkan pemberian tukin ini dapat meningkatkan kesejahteraan dosen serta memotivasi mereka dalam melaksanakan tugas pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi. Pemerintah berharap dengan pemberian tunjangan kinerja yang tepat waktu, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia akan semakin baik.

Kemendikti Siap Bayar Tukin Dosen 2025, Tinggal Tunggu Perpres!

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) memastikan bahwa tunjangan kinerja (tukin) untuk dosen tahun 2025 akan segera dibayarkan. Hal ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikti Saintek, Togar M. Simatupang, yang mengungkapkan bahwa pihak kementerian telah mengajukan permohonan tambahan anggaran ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pengajuan ini dilakukan dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR pada 23 Januari 2025.

“Ketua Banggar DPR RI telah menyampaikan bahwa anggaran yang diperlukan mencapai Rp 2,5 triliun. Saat ini kami tengah menunggu penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) untuk kelanjutan proses ini,” ungkap Togar, dalam keterangannya kepada Kompas.com pada Jumat (31/1/2025).

Togar menjelaskan, Kemendikti Saintek telah menyiapkan tiga opsi pemberian tunjangan kinerja untuk dosen Aparatur Sipil Negara (ASN). Opsi pertama adalah untuk dosen di Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN-Satker) dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU) yang belum menerima remunerasi. Untuk opsi ini, pemerintah memerlukan anggaran sebesar Rp 2,8 triliun.

Opsi kedua adalah untuk dosen PTN Satker dan BLU yang sudah menerima remunerasi, namun masih di bawah jumlah tukin yang seharusnya diterima. Pemerintah membutuhkan anggaran sebesar Rp 3,6 triliun untuk opsi ini.

Sementara itu, opsi ketiga adalah memberikan tukin kepada semua dosen ASN yang berjumlah 81.000 orang, dengan total anggaran yang diperlukan mencapai Rp 8,2 triliun.

“Kami mengajukan tiga opsi ini karena kami menyadari pentingnya tukin sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi dosen, sekaligus memperhatikan kondisi fiskal negara,” jelas Togar lebih lanjut.

Kemendikti Saintek juga telah mengeluarkan surat edaran kepada pimpinan perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia pada 28 Januari 2025. Dalam surat tersebut, dijelaskan bahwa sejak tahun 2020 hingga 2024, pemerintah sebelumnya, yaitu Kemendikbud Ristek, tidak mengajukan alokasi anggaran tukin ke Kemenkeu. Meskipun demikian, pada 1 Oktober 2024, peraturan menteri yang mengatur pemberian tukin untuk dosen telah dikeluarkan oleh Nadiem Makarim yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Namun, seiring dengan perubahan nomenklatur dari Kemendikbud Ristek menjadi Kemendikti Saintek, pengajuan anggaran tukin dan penerbitan Perpres mengalami keterlambatan. Meski demikian, dengan adanya langkah-langkah yang sudah diambil, diharapkan pembayaran tukin dapat segera terlaksana pada tahun 2025.

Pemberian tunjangan kinerja ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dosen dan memotivasi mereka dalam menjalankan tugas pengajaran serta penelitian di perguruan tinggi. Pemerintah berharap dengan adanya tunjangan kinerja yang tepat waktu, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia dapat semakin meningkat.

Potensi Besar Laut Natuna Utara dan Peran Diplomasi dalam Pengelolaannya

Laut Natuna Utara (LNU) memegang peranan yang sangat penting bagi Indonesia, baik dari perspektif geopolitik, ekonomi, maupun sumber daya alam. Selain strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional, kawasan ini juga memiliki potensi besar dalam hal energi fosil, perikanan, dan pariwisata.

Pada tahun 2011, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa Blok Natuna D-Alpha menyimpan cadangan gas alam terbesar di kawasan Asia Pasifik, bahkan dunia, dengan jumlah mencapai 222 triliun kaki kubik. Cadangan gas alam ini diprediksi dapat bertahan hingga 30 tahun mendatang. Dari sisi ekonomi, potensi gas alam di Natuna diperkirakan bernilai sekitar Rp 6.000 triliun. Selain itu, kawasan ini juga diperkirakan memiliki cadangan minyak bumi sekitar 14 juta barel.

Kawasan LNU juga memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Berdasarkan analisis Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017, potensi sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia nomor 711, yang mencakup Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan, diperkirakan mencapai 767.126 ton per tahun. Namun, tingginya potensi ekonomi ini juga memicu persaingan antarnegara, yang mengarah pada klaim tumpang tindih dan praktik penangkapan ikan ilegal.

Pada tahun 2009, China mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut Cina Selatan, termasuk LNU, berdasarkan batas wilayah yang dikenal dengan sebutan “nine dash line”. Klaim ini bertentangan dengan hukum internasional yang mengatur Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Selain China, Vietnam juga mengklaim sebagian dari LNU yang berbatasan dengan ZEE Indonesia. Bahkan, pada 2021, China melakukan penelitian ilmiah di kawasan LNU, yang menimbulkan ketegangan dengan Indonesia.

Praktik illegal fishing juga menjadi ancaman serius di kawasan LNU. Kapal-kapal ikan asing, terutama dari Vietnam, Malaysia, dan Filipina, sering terlibat dalam penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia. Setiap tahunnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia berhasil menangkap ratusan kapal ilegal fishing, dengan kapal asal Vietnam menjadi yang terbanyak.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia mengadopsi dua strategi utama: soft power dan hard power. Soft power dilakukan melalui diplomasi internasional, salah satunya dalam pertemuan ASEAN Defence Ministers Meeting Plus (ADMM Plus) yang melibatkan China. Sementara itu, hard power digunakan untuk memperkuat pertahanan negara, termasuk rencana pembangunan pangkalan militer di Natuna, meskipun rencana tersebut belum terealisasi.

Selain itu, Indonesia juga perlu memaksimalkan potensi ekonomi di LNU. Pengelolaan cadangan gas alam dan sektor perikanan di kawasan ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan domestik dan meningkatkan ekspor. Dengan cadangan gas alam yang melimpah dan permintaan yang terus meningkat, LNU dapat menjadi kunci bagi ketahanan energi Indonesia di masa depan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan memproyeksikan bahwa konsumsi ikan nasional Indonesia pada 2024 akan mencapai 17,65 juta ton, sementara produksi ikan domestik hanya 10,25 juta ton. Oleh karena itu, pengembangan sektor perikanan di LNU menjadi sangat penting untuk menutupi kekurangan tersebut.

Dengan berbagai langkah strategis yang telah diambil, Indonesia juga berupaya melibatkan teknologi dan investasi asing dalam memaksimalkan potensi LNU. Pemetaan yang dilakukan oleh Bappenas pada Oktober 2024 menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjadikan Natuna sebagai prioritas dalam pembangunan nasional.

Namun, Indonesia perlu berhati-hati dalam mengelola sumber daya di kawasan LNU untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dengan negara-negara tetangga yang memiliki klaim terhadap wilayah tersebut.

Dengan segala potensi yang dimiliki, Laut Natuna Utara tidak hanya menjadi kawasan penting bagi Indonesia, tetapi juga akan menjadi kunci bagi masa depan pembangunan ekonomi dan diplomasi Indonesia di tingkat internasional.

Laut Natuna Utara Punya Potensi Besar, Ini Peran Diplomasi dalam Pemanfaatannya

Laut Natuna Utara (LNU) adalah kawasan yang memiliki kedudukan sangat penting bagi Indonesia, baik dari segi geopolitik, ekonomi, maupun sumber daya alam. Tidak hanya strategis karena letaknya yang berada di jantung jalur pelayaran internasional, tetapi juga kaya akan cadangan energi fosil, potensi perikanan, dan pariwisata yang luar biasa.

Pada 2011, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa Blok Natuna D-Alpha menyimpan cadangan gas alam terbesar di Asia Pasifik, bahkan di dunia, dengan volume mencapai 222 triliun kaki kubik. Gas alam ini diperkirakan dapat bertahan hingga 30 tahun ke depan. Dari sisi ekonomi, jika dihitung secara finansial, potensi gas di Natuna dapat mencapai Rp 6.000 triliun. Selain gas, kawasan ini juga memiliki cadangan minyak bumi yang diperkirakan mencapai 14 juta barel.

Tak hanya itu, kawasan LNU juga memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Berdasarkan kajian Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2017, potensi sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) nomor 711, yang mencakup Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan, diperkirakan mencapai 767.126 ton per tahun. Namun, potensi ekonomi yang tinggi ini justru mengundang persaingan antarnegara, yang menyebabkan klaim tumpang tindih dan praktik penangkapan ikan ilegal.

Pada 2009, China mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut Cina Selatan, termasuk LNU, dengan batas wilayah yang disebut “nine dash line”. Klaim ini bertentangan dengan hukum internasional yang mengatur Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Selain China, Vietnam juga mengklaim bagian dari LNU yang berbatasan dengan ZEE Indonesia. Bahkan, pada 2021, China melakukan riset ilmiah di kawasan LNU yang memicu ketegangan dengan Indonesia.

Praktik ilegal fishing juga menjadi ancaman nyata di LNU. Kapal-kapal ikan asing, terutama dari Vietnam, Malaysia, dan Filipina, sering kali melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Indonesia. Setiap tahunnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia berhasil menangkap ratusan kapal ilegal fishing, dengan jumlah kapal asal Vietnam menjadi yang terbanyak.

Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia mengembangkan dua strategi utama: soft power dan hard power. Strategi soft power dilaksanakan melalui diplomasi internasional, salah satunya melalui pertemuan ASEAN Defence Ministers Meeting Plus (ADMM Plus) yang melibatkan China. Sementara itu, hard power digunakan untuk memperkuat pertahanan negara, termasuk rencana pembangunan pangkalan militer di Natuna, meskipun saat ini rencana tersebut belum terwujud.

Selain itu, Indonesia juga harus memanfaatkan potensi ekonomi LNU secara optimal. Pengelolaan cadangan gas alam dan potensi perikanan di kawasan ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan domestik sekaligus meningkatkan ekspor. Dengan cadangan gas alam yang besar dan kebutuhan yang terus meningkat, LNU dapat menjadi kunci keberlanjutan energi Indonesia dalam beberapa dekade mendatang.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, konsumsi ikan nasional Indonesia pada 2024 diperkirakan mencapai 17,65 juta ton, sementara produksi ikan domestik hanya 10,25 juta ton. Oleh karena itu, pengembangan sektor perikanan di LNU menjadi sangat krusial untuk menutupi kesenjangan tersebut.

Seiring dengan langkah-langkah strategis yang telah dijalankan, Indonesia juga berupaya melibatkan teknologi dan investasi asing dalam mengoptimalkan potensi LNU. Pemetaan lapangan yang dilakukan oleh Bappenas pada Oktober 2024 menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjadikan Natuna sebagai prioritas pembangunan nasional.

Namun, penting bagi Indonesia untuk berhati-hati dalam mengelola sumber daya di kawasan LNU agar tidak memicu ketegangan lebih lanjut dengan negara-negara tetangga yang memiliki klaim atas wilayah tersebut.

Dengan segala potensi yang dimiliki, Laut Natuna Utara tidak hanya menjadi kawasan vital bagi Indonesia, tetapi juga akan menjadi kunci masa depan dalam pembangunan ekonomi dan diplomasi Indonesia di kancah internasional.

Bunga Sedap Malam Kalah Pamor di Imlek Tahun Ini, Ada Apa?

Pasar Bunga Rawa Belong, yang dikenal sebagai pasar bunga terbesar di Asia Tenggara, tampak ramai dengan pengunjung. Namun, meskipun suasana pasar terlihat sibuk, para pedagang justru merasakan penurunan penjualan yang signifikan, terutama menjelang perayaan Imlek 2025. Pasar yang sudah berdiri sejak era kolonial ini sering kali dipadati pengunjung yang berburu bunga untuk berbagai perayaan, mulai dari Imlek, Valentine, hingga pernikahan. Namun, tahun ini, pedagang bunga di sini menghadapi tantangan besar, khususnya dalam penjualan bunga sedap malam yang menjadi komoditas utama menjelang Imlek.

Bunga sedap malam, yang sering digunakan untuk sembahyang dalam perayaan Imlek, menjadi incaran utama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, ketika Kompas.com mengunjungi Pasar Rawa Belong pada Selasa, 28 Januari 2025, banyak pedagang yang masih memiliki stok bunga sedap malam. Padahal, hari itu adalah hari terakhir bagi mereka untuk menjual bunga tersebut sebelum Imlek yang jatuh pada 29 Januari.

Gafar, salah satu pedagang bunga sedap malam di Pasar Rawa Belong, mengungkapkan penurunan penjualan yang cukup drastis. “Tahun ini penjualannya anjlok sekitar 60 persen. Tahun lalu, saya bisa menjual 700.000 tangkai dalam dua hari, tapi tahun ini setengahnya pun tidak,” ujar Gafar. Ia menduga, suasana perayaan Imlek kali ini tidak semeriah tahun sebelumnya karena perbedaan shio yang dirayakan. Tahun lalu, shio yang berlaku adalah Naga Kayu, yang dianggap lebih menguntungkan, sementara tahun ini adalah Shio Ular Kayu, yang dianggap kurang membawa keberuntungan.

Kondisi ini memaksa Gafar untuk mengurangi jumlah pekerja di lapaknya. Jika tahun lalu ia mempekerjakan 30 orang, tahun ini hanya 15 pekerja yang terlibat. Gafar juga merencanakan untuk menjual sisa bunga yang tidak terjual dengan harga miring, bahkan mungkin dijual ke pedagang bunga di sekitar makam yang juga membutuhkan bunga sedap malam untuk ziarah.

Hal serupa dialami oleh Agung, pedagang lainnya di Pasar Rawa Belong. Agung mengungkapkan bahwa omzetnya tahun ini jauh menurun dibandingkan tahun lalu. “Biasanya saya bisa mendapat omzet sekitar Rp 20 juta, tapi tahun ini hanya sekitar Rp 9 juta. Bahkan, saya harus menurunkan harga bunga sedap malam untuk bisa laku,” ujar Agung. Bunga dengan kualitas terbaik yang biasanya dijual Rp 2 juta, kali ini dijual dengan harga Rp 1,2 juta agar tetap terjual.

Fenomena penurunan penjualan ini tidak hanya terjadi di Pasar Rawa Belong. Banyak pedagang di pasar-pasar besar, seperti Pasar Tanah Abang, merasakan dampak serupa akibat pandemi Covid-19 yang telah mengubah pola belanja masyarakat. Banyak konsumen yang kini lebih memilih berbelanja secara online, mengurangi kunjungan langsung ke pasar tradisional.

Meskipun begitu, para pedagang seperti Gafar dan Agung tetap bertahan meskipun tantangan yang mereka hadapi cukup besar. Mereka berharap sisa bunga yang ada dapat terjual, dan situasi pasar akan membaik di masa mendatang. Pasar Bunga Rawa Belong, meskipun tengah menghadapi masa sulit, tetap menjadi salah satu ikon penting bagi para pencinta bunga dan perayaan besar di Jakarta.

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) Capai Marketing Sales Rp 2,1 Triliun di 2024, Utamakan Pengembangan CBD PIK 2

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), bagian dari Agung Sedayu Group dan Salim Group, berhasil meraih hasil impresif dengan pencapaian marketing sales sebesar Rp 2,1 triliun pada tahun 2024. Angka ini didorong oleh pre-sale kavling komersial yang berkontribusi Rp 1,5 triliun, mencatatkan kenaikan 78 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 835 miliar. Selain itu, pre-sale sektor residensial berkontribusi Rp 318 miliar, dan produk komersial lainnya menyumbang Rp 308 miliar.

Steven Kusumo, Presiden Direktur CBDK, menyatakan bahwa pencapaian ini berkat keberhasilan proyek utama mereka, yaitu pengembangan Central Business District (CBD) di PIK 2. CBD PIK 2 diproyeksikan menjadi pusat bisnis terkemuka di kawasan tersebut, menawarkan berbagai fasilitas modern, seperti Menara Syariah, hotel, area ritel, plaza komunitas, serta kawasan hijau yang dapat meningkatkan pengalaman pengunjung.

Dalam siaran pers pada Selasa (28/1/2025), Steven juga mengungkapkan bahwa dana hasil IPO CBDK sebesar Rp 2,3 triliun akan dialokasikan untuk mempercepat pembangunan Nusantara International Convention and Exhibition (NICE), yang akan dikelola oleh PT Industri Pameran Nusantara (IPN). Proyek MICE ini dijadwalkan beroperasi parsial pada September 2025 dan diharapkan menjadi pendorong penting dalam sektor MICE di kawasan CBD PIK 2.

Selain itu, proyek CBD PIK 2 akan terintegrasi dengan tol Kamal-Teluknaga-Rajeg (KATARAJA) yang sepanjang 39 kilometer dan diharapkan beroperasi pada awal 2025. Infrastruktur ini akan mempermudah akses ke kawasan tersebut, memperkuat posisi CBD PIK 2 sebagai pusat bisnis internasional dan destinasi global yang menarik.

Steven Kusumo menutup pernyataan dengan keyakinan penuh, menegaskan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi dalam pembangunan kawasan yang berkualitas, serta memenuhi kebutuhan hunian, bisnis, dan rekreasi bagi masyarakat dan pelaku usaha. “Kami bertekad membangun masa depan yang lebih berkualitas dengan kawasan yang menyatukan berbagai fungsi untuk kepentingan masyarakat luas,” ungkapnya.

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) Raih Marketing Sales Rp 2,1 Triliun di 2024, Fokus pada Pengembangan CBD PIK 2

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), yang merupakan bagian dari Agung Sedayu Group dan Salim Group, mencatatkan pencapaian luar biasa dengan marketing sales mencapai Rp 2,1 triliun sepanjang tahun 2024. Kontribusi terbesar berasal dari pra-penjualan kavling komersial yang mencapai Rp 1,5 triliun, dengan peningkatan 78 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat hanya Rp 835 miliar. Selain itu, pra-penjualan residensial turut menyumbang Rp 318 miliar, dan produk komersial lainnya berkontribusi Rp 308 miliar.

Steven Kusumo, Presiden Direktur CBDK, mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut didorong oleh salah satu proyek unggulan mereka, yaitu pengembangan Central Business District (CBD) di PIK 2. CBD PIK 2 diharapkan akan menjadi pusat bisnis utama di kawasan PIK 2. Proyek ini mencakup berbagai fasilitas modern, termasuk Menara Syariah, hotel, area ritel, community plaza, dan kawasan hijau yang akan memperkaya pengalaman para pengunjung dan pengguna.

Dalam keterangan resminya pada Selasa (28/1/2025), Steven menambahkan bahwa dana yang diperoleh melalui penawaran saham perdana CBDK sebesar Rp 2,3 triliun akan digunakan untuk mempercepat pembangunan Nusantara International Convention and Exhibition (NICE), yang dikelola oleh PT Industri Pameran Nusantara (IPN). Konvensi internasional ini direncanakan untuk mulai beroperasi secara parsial pada September 2025 dan akan menjadi bagian penting dari sektor MICE (Meetings, Incentives, Conventions, Exhibitions) di kawasan CBD PIK 2.

Selain itu, proyek CBD PIK 2 juga akan terhubung dengan tol Kamal-Teluknaga-Rajeg (KATARAJA) yang sepanjang 39 kilometer dan diperkirakan mulai beroperasi pada awal 2025. Infrastruktur ini diharapkan dapat memperlancar akses menuju kawasan tersebut, sekaligus memperkuat posisi CBD PIK 2 sebagai pusat bisnis internasional dan destinasi global yang menarik.

Steven Kusumo menutup keterangannya dengan optimisme tinggi, mengungkapkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus berinovasi dan memastikan pembangunan kawasan yang berkualitas, guna memenuhi kebutuhan hunian, bisnis, dan rekreasi bagi masyarakat dan pelaku usaha. “Kami siap membangun masa depan yang lebih berkualitas dengan mengembangkan kawasan yang menyatukan berbagai fungsi untuk kepentingan masyarakat luas,” ujarnya.