Tag Archives: Global

https://orkutluv.com

Ekonomi Global Terancam Lesu Akibat Kebijakan Tarif Trump

Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif timbal balik terhadap semua mitra dagangnya memicu kekhawatiran luas. Keputusan ini, yang dikeluarkan pada Kamis (13/2), diyakini dapat memicu perang dagang global dan mempengaruhi prospek ekonomi dunia, yang telah stabil dalam beberapa tahun terakhir.

Trump menandatangani memorandum yang memerintahkan pemerintahannya untuk menentukan tarif timbal balik setara terhadap setiap negara mitra dagang. Langkah ini dinilai bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dalam perdagangan internasional, namun justru menimbulkan dampak negatif bagi bisnis global. Sejumlah ahli ekonomi dan organisasi perdagangan memperingatkan potensi gangguan besar pada ekonomi AS dan negara mitra, serta ancaman terhadap kestabilan pasar global.

Menghancurkan Aturan Perdagangan Dunia

Sejumlah ekonom, termasuk Gary Clyde Hufbauer, seorang peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, menyebut langkah Trump sebagai perubahan mendalam dalam sistem perdagangan internasional. Hufbauer menjelaskan bahwa dalam kerangka Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), konsep “timbal balik” biasanya merujuk pada keseimbangan konsesi yang diberikan dan diterima oleh masing-masing negara. Namun, Trump telah mendefinisikan ulang istilah ini, menetapkan tarif berdasarkan negara per negara, bukan dalam konteks kesepakatan yang lebih besar.

Dengan cara ini, tarif yang dikenakan AS diperkirakan akan lebih tinggi rata-rata sekitar 10 hingga 15 persen. Hufbauer menambahkan, meskipun tarif ini bisa meningkatkan pendapatan bagi pemerintah AS, namun dampaknya terhadap ekonomi domestik bisa sangat merugikan, termasuk penurunan pertumbuhan PDB.

Ketidakpastian Mengganggu Rantai Pasokan dan Konsumsi

Dalam pernyataannya, Federasi Ritel Nasional (NRF) yang mewakili sektor ritel AS, memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat mengganggu rantai pasokan secara signifikan. David French, wakil presiden eksekutif NRF, menyatakan bahwa langkah ini berisiko meningkatkan harga barang bagi konsumen AS dan mengurangi daya beli rumah tangga. Selain itu, dengan semakin turunnya indeks sentimen konsumen di AS, ketidakpastian yang ditimbulkan dari kebijakan perdagangan ini menjadi masalah besar bagi ekonomi domestik.

Uni Eropa juga mengkritik kebijakan tarif ini, menyebutkan bahwa tarif baru akan merugikan ekonomi AS itu sendiri dengan meningkatkan harga barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut Komisi Eropa, tarif adalah bentuk pajak yang membebani konsumen, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan inflasi.

Ancaman Terhadap Ekonomi Global

Ekonom internasional pun memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump berisiko mengguncang ekonomi global. Luis de Guindos, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa, menjelaskan bahwa perang dagang yang melibatkan tarif tinggi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi global secara drastis. Ia menyebutkan bahwa tarif yang lebih tinggi, jika disertai dengan tindakan balasan dari negara lain, akan menciptakan “lingkaran setan” yang merugikan pasar dunia.

Studi oleh Peterson Institute juga mengungkapkan bahwa kebijakan tarif Trump terhadap negara-negara seperti Kanada, Meksiko, dan Tiongkok berpotensi membebani rumah tangga AS dengan kenaikan pajak lebih dari USD 1.200 per tahun. Selain itu, negara-negara berkembang seperti India, Brasil, Vietnam, serta negara-negara Asia Tenggara dan Afrika lainnya kemungkinan akan merasakan dampak yang lebih berat. Mereka yang menghadapi perbedaan tarif yang besar terhadap barang-barang AS akan tertekan dengan biaya yang meningkat akibat kebijakan ini.

Konsekuensi yang Lebih Luas

Meskipun kebijakan tarif ini berfokus pada negara mitra dagang besar seperti Tiongkok dan Kanada, dampaknya diprediksi akan terasa lebih luas. Bagi AS sendiri, kebijakan ini dapat mengganggu kestabilan ekonomi domestik, memicu inflasi, dan mengurangi daya beli masyarakat. Sementara itu, negara-negara berkembang yang selama ini bergantung pada ekspor ke pasar AS akan merasakan dampak berat dari kebijakan ini.

Kebijakan Trump ini berpotensi memperburuk ketegangan dagang internasional, dan memicu persaingan tarif antar negara yang tak terhindarkan. Dalam jangka panjang, kekhawatiran ini akan mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi global, yang sudah rapuh akibat ketidakpastian pasar global dan geopolitik.

Dengan langkah yang penuh risiko ini, AS harus mempertimbangkan dengan hati-hati konsekuensi yang lebih besar yang dapat terjadi terhadap perdagangan global, kestabilan ekonomi, dan hubungan antar negara.

AS Resmi Tinggalkan WHO, Keputusan Kontroversial Trump

Pada Senin (20/1/2025), Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan keputusan yang mengejutkan: penarikan keanggotaan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keputusan ini menjadi babak baru dalam hubungan AS dengan badan internasional yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan tanggapan global terhadap berbagai krisis kesehatan, termasuk pandemi.

Langkah Trump ini disorot oleh banyak pakar kesehatan masyarakat yang memperingatkan bahwa keputusan tersebut dapat melemahkan peran AS sebagai pemimpin dalam upaya kesehatan global dan memperburuk respons terhadap pandemi di masa depan. Kritik terhadap WHO oleh Trump sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2020, saat ia mengecam cara organisasi itu menangani pandemi Covid-19. Pada waktu itu, Trump bahkan mengancam akan menghentikan pendanaan AS untuk WHO, namun ancaman itu baru terlaksana setelah kekalahannya dalam pemilu 2020.

Melalui perintah eksekutif yang ditandatanganinya, Trump menjelaskan bahwa keputusannya didorong oleh sejumlah alasan. Di antaranya adalah “kesalahan organisasi dalam menangani pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, serta kegagalan WHO dalam melakukan reformasi yang sangat diperlukan.” Selain itu, Trump juga mengkritik ketidakmampuan WHO dalam menjaga independensinya dari pengaruh politik dan merasa bahwa AS sudah membayar lebih banyak dibandingkan negara-negara lain untuk mendanai WHO.

Menurut laporan The New York Times, keputusan untuk keluar dari WHO akan memberikan dampak signifikan bagi AS, termasuk berkurangnya akses Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS terhadap data global yang disediakan oleh organisasi tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2020, saat China pertama kali merilis urutan genetik virus Covid-19, informasi tersebut pertama kali dibagikan oleh WHO kepada negara-negara anggota. Tanpa akses tersebut, AS bisa kehilangan sumber informasi penting yang berhubungan dengan kesehatan global.

Keputusan ini juga mengarah pada perdebatan yang lebih luas mengenai perjanjian pandemi yang sedang dipertimbangkan oleh WHO. Perjanjian tersebut bertujuan untuk memperkuat kesiapsiagaan terhadap pandemi, mengatur kebijakan yang mengikat secara hukum mengenai pengawasan patogen, serta berbagi data wabah dengan cepat. Namun, beberapa anggota parlemen dari Partai Republik AS menganggap perjanjian ini dapat mengancam kedaulatan negara mereka.

Lawrence O. Gostin, seorang pakar hukum kesehatan masyarakat di Universitas Georgetown, menyebut langkah Trump ini sebagai “kerugian besar” untuk kesehatan masyarakat global dan “akan lebih merugikan” kepentingan serta keamanan nasional AS. WHO, yang didirikan pada tahun 1948 dengan dukungan besar dari AS, bertugas untuk mengatasi tantangan kesehatan global dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia. Sebagai badan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WHO berperan penting dalam memberikan bantuan kepada wilayah yang terdampak konflik, serta melacak dan mengendalikan epidemi seperti Zika, Ebola, dan Covid-19.

Penarikan diri AS dari WHO ini menunjukkan ketegangan antara prioritas nasional dan kerjasama internasional, serta menambah tantangan bagi dunia dalam menghadapi krisis kesehatan yang semakin kompleks. Sementara WHO terus berupaya mengoordinasikan respons global terhadap penyakit dan wabah, langkah ini memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan kerjasama internasional dalam bidang kesehatan.

Peringatan Tsunami Dibatalkan Jepang Setelah Gempa M 6.8, Keamanan Warga Tetap Diperhatikan

Pada Senin malam, 13 Januari 2025, Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencabut peringatan tsunami yang dikeluarkan sebelumnya setelah gempa bumi dengan kekuatan 6,8 magnitudo mengguncang lepas pantai barat daya negara tersebut. Gempa terjadi sekitar pukul 21.19 waktu setempat, memicu peringatan tsunami di Prefektur Miyazaki, yang terletak di Pulau Kyushu, serta di Prefektur Kochi di wilayah selatan Jepang.

Seiring dengan gelombang peringatan yang dikeluarkan, gelombang tsunami awal setinggi satu meter tercatat menghantam pantai dalam waktu kurang dari 30 menit setelah gempa terjadi. Meskipun peringatan tsunami akhirnya dicabut, pihak berwenang masih meminta agar warga di kawasan yang terdampak tetap waspada dan menjauhi pantai. Peringatan tersebut mencakup potensi bahaya dari longsoran tebing dan batuan yang dapat jatuh jika gempa dengan kekuatan serupa kembali terjadi.

“Gempa bumi dapat terjadi kapan saja. Kami mengingatkan warga untuk selalu siap dan memastikan bahwa persiapan menghadapi gempa dilakukan setiap hari,” ujar pihak berwenang dalam konferensi pers yang dilansir oleh CNN.

Jepang terletak di Cincin Api Pasifik, sebuah kawasan yang dikenal dengan aktivitas seismik yang tinggi, yang menjadikannya salah satu negara paling rawan gempa bumi di dunia. Pada musim panas lalu, badan meteorologi Jepang juga sempat mengeluarkan peringatan terkait kemungkinan gempa megathrust setelah serangkaian gempa di wilayah barat Jepang yang berasal dari Laut Hyuga-nada, tempat gempa terbaru terjadi.

Bencana gempa dan tsunami terbesar yang tercatat di Jepang terjadi pada tahun 2011, ketika gempa berkekuatan 9,1 magnitudo mengguncang wilayah Tohoku, utara Tokyo. Tsunami yang mengikuti menyebabkan lebih dari 20.000 korban jiwa, menghancurkan ribuan rumah, membanjiri kota-kota besar, dan memicu bencana nuklir yang melanda kawasan tersebut.

Dengan posisi geografis yang rawan gempa, Jepang terus memperkuat sistem peringatan dan kesiapsiagaan bencana untuk mengurangi dampak bencana seismik di masa depan. Meskipun ancaman tsunami saat ini telah mereda, pihak berwenang mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kewaspadaan dan mengikuti petunjuk keselamatan.

Bursa Saham Memerah: IHSG Ambruk ke 7.016, 383 Saham Tergelincir

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin (13/1) sore. IHSG turun sebanyak 71,98 poin atau setara dengan 1,02 persen, mengakhiri sesi di level 7.016. Pelemahan ini menunjukkan adanya tekanan yang cukup signifikan dibandingkan sesi sebelumnya.

Berdasarkan data RTI Infokom, total nilai transaksi di pasar saham mencapai Rp11,81 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 16,55 miliar lembar saham. Pada penutupan perdagangan, sebanyak 234 saham berhasil menguat, sementara 383 saham mengalami koreksi, dan 186 saham lainnya tidak mengalami perubahan atau stagnan.

Sebanyak 10 dari 11 indeks sektoral terpantau melemah, dengan sektor industri mencatatkan pelemahan terbesar sebesar 1,35 persen. Di sisi lain, sektor bahan baku menjadi satu-satunya sektor yang berhasil mencatatkan penguatan, meskipun hanya sebesar 0,46 persen.

Tidak hanya IHSG, bursa saham di kawasan Asia juga menunjukkan tren negatif. Indeks Nikkei 225 di Jepang terkoreksi 1,05 persen, indeks Hang Seng Composite di Hong Kong turun 1,00 persen, indeks Shanghai Composite di China melemah 0,25 persen, dan indeks Straits Times di Singapura berkurang 0,63 persen.

Tren pelemahan ini ternyata juga merambah ke bursa saham Eropa. Indeks FTSE 100 di Inggris terpantau turun 0,32 persen, sedangkan indeks DAX di Jerman merosot 0,64 persen.

Bursa saham Amerika Serikat pun tidak lepas dari tekanan. Indeks NASDAQ Composite anjlok hingga 1,63 persen, diikuti Dow Jones yang turun 1,63 persen, dan indeks S&P 500 yang terkoreksi 1,54 persen.

Pelemahan IHSG dan bursa global ini mencerminkan ketidakpastian di pasar keuangan. Faktor-faktor eksternal, termasuk sentimen global dan isu makroekonomi, turut memengaruhi dinamika perdagangan di berbagai bursa saham. Investor kini masih menantikan data ekonomi terbaru yang dapat memberikan arah lebih jelas terhadap pergerakan pasar ke depan.

Dengan kondisi ini, pelaku pasar diimbau untuk tetap berhati-hati dan memperhatikan strategi portofolio mereka di tengah gejolak pasar yang sedang berlangsung.

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Terpaut Rp16.285 per Dolar AS di Penutupan

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga menyentuh posisi Rp16.285 per dolar AS pada Senin (13/1) sore. Pelemahan ini setara dengan penurunan sebesar 93 poin atau 0,57 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia (BI), rupiah berada di level Rp16.281 per dolar AS. Koreksi ini menunjukkan adanya tekanan signifikan terhadap mata uang Garuda di tengah dinamika pasar global.

Pergerakan mata uang di kawasan Asia pada perdagangan hari ini terlihat bervariasi. Yen Jepang mencatatkan penguatan sebesar 0,13 persen, sementara baht Thailand melemah 0,27 persen. Yuan China mengalami penguatan tipis sebesar 0,01 persen, sedangkan peso Filipina melemah cukup tajam hingga 0,58 persen. Won Korea Selatan tercatat menguat 0,19 persen, namun dolar Singapura mengalami pelemahan 0,13 persen. Di sisi lain, dolar Hong Kong hampir tidak berubah, menguat tipis sebesar 0,01 persen.

Tren serupa juga terlihat pada mata uang utama negara-negara maju. Euro Eropa dan poundsterling Inggris masing-masing terkoreksi 0,21 persen dan 0,57 persen. Namun, franc Swiss berhasil menguat tipis sebesar 0,03 persen. Sementara itu, dolar Australia dan dolar Kanada juga mencatatkan penguatan kecil, masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,01 persen.

Lukman Leong, analis mata uang dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah terjadi akibat data ekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari ekspektasi pasar.

“Mata uang global, termasuk rupiah, cenderung melemah terhadap dolar AS setelah rilis data pekerjaan AS Non-Farm Payroll (NFP) yang lebih kuat dari perkiraan. Namun, pelemahan rupiah sedikit tertahan oleh data perdagangan China yang ternyata cukup positif,” ungkap Lukman.

Menurutnya, penguatan dolar AS ini dipicu oleh meningkatnya kepercayaan terhadap perekonomian Amerika Serikat, yang mendorong arus modal global ke aset berdenominasi dolar. Kondisi ini menjadi tantangan bagi mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia, yang tengah menghadapi tekanan eksternal di pasar keuangan global.

Ketegangan di Mali: Tuduhan Terhadap Wagner dan Tentara Mali Atas Serangan Mematikan

Ketegangan kembali memanas di Mali setelah koalisi pemberontak Tuareg dan kelompok masyarakat sipil menuduh pasukan Mali serta tentara bayaran Wagner asal Rusia terlibat dalam serangan yang menewaskan sembilan warga sipil. Insiden tersebut terjadi di wilayah Segou, saat sebuah kendaraan yang tengah melakukan perjalanan dari kota Niono menuju kamp pengungsi di Mauritania diserang, seperti yang dilaporkan pada Sabtu (4/1/2025).

Mohamed Elmaouloud Ramadane, juru bicara koalisi kelompok Tuareg, mengungkapkan bahwa kendaraan tersebut menjadi target serangan yang diduga dilakukan oleh angkatan bersenjata Mali dan sekutu mereka dari kelompok Wagner. “Serangan ini terjadi pada Kamis, dan para korban adalah warga sipil yang tidak bersalah,” jelas Ramadane.

Asosiasi masyarakat sipil setempat, Kal Akal, turut mendukung tudingan tersebut. Mereka menuntut adanya investigasi independen untuk mengungkap kebenaran di balik insiden tragis ini. Kepala kelompok Kel Ansar, salah satu organisasi Tuareg terbesar, juga menyerukan penyelidikan menyeluruh meskipun ia membantah keterlibatan pasukan Mali dalam pertumpahan darah tersebut.

Sayangnya, hingga kini, pihak militer Mali belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan ini. Wagner, kelompok kontraktor militer swasta Rusia yang dikenal kontroversial, juga belum memberikan pernyataan. Kehadiran Wagner di Mali bermula setelah serangkaian kudeta pada 2020 dan 2021, yang berujung pada pengusiran pasukan Prancis dan PBB dari wilayah tersebut. Wagner telah bekerja sama dengan militer Mali dalam upaya melawan pemberontak serta kelompok separatis Tuareg di negara tersebut.

Namun, kehadiran Wagner di Mali tidak lepas dari kontroversi. Pada Desember lalu, Human Rights Watch merilis laporan yang menuduh angkatan bersenjata Mali, yang didukung oleh Wagner, terlibat dalam pelanggaran serius terhadap warga sipil. Tindakan tersebut dinilai melanggar hukum perang dan menambah catatan panjang konflik di Mali yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Insiden terbaru ini kembali menyoroti kompleksitas konflik di Mali, di mana ketegangan antara pemerintah, pemberontak, dan kelompok bersenjata eksternal terus memengaruhi kehidupan warga sipil. Desakan untuk penyelidikan mendalam semakin menguat, sementara komunitas internasional memantau situasi ini dengan cermat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Mengungkap Penyebab Bocah 7 Tahun Bisa Selamat Setelah Hilang Selama 5 Hari di Taman Nasional

Pada akhir Desember 2024, dunia dikejutkan oleh kisah luar biasa seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun, Tinotenda Pundu, yang berhasil bertahan hidup setelah hilang selama lima hari di Taman Nasional Matusadona, Zimbabwe. Taman ini terkenal dengan keberadaan berbagai hewan liar, termasuk singa, macan tutul, dan gajah, yang menjadikannya sebagai wilayah yang sangat berbahaya bagi siapa saja yang tersesat di dalamnya.

Keberanian Tinotenda yang luar biasa membuatnya menjadi pahlawan kecil dalam sebuah kisah yang menginspirasi banyak orang. Pada 27 Desember 2024, Tinotenda menghilang setelah pergi bermain di dekat desanya yang terletak di sekitar kawasan hutan. Meskipun pencarian segera dilakukan oleh pihak berwenang, polisi, penjaga hutan, dan warga setempat, kondisi cuaca yang buruk dan hujan lebat menghambat upaya mereka.

Namun, meskipun tantangan yang dihadapinya begitu besar, Tinotenda menunjukkan tekad yang tidak tergoyahkan. Setelah lima hari pencarian, jejak kaki bocah tersebut akhirnya ditemukan pada 30 Desember, yang mengarah pada penemuan luar biasa pada 31 Desember. Tinotenda ditemukan dalam keadaan lemah, namun selamat. Ia dilaporkan telah berjalan sejauh 49 kilometer melalui medan yang sangat sulit, termasuk melewati kawasan yang dihuni predator berbahaya seperti singa.

Selama lima hari terjebak di hutan, Tinotenda berhasil bertahan hidup dengan kecerdikannya. Ia memanfaatkan buah-buahan liar yang ia temukan dan menggali tepian sungai untuk mendapatkan air. Teknik mendapatkan air dengan cara tersebut adalah pengetahuan lokal yang sangat membantu Tinotenda dalam bertahan hidup di lingkungan yang keras. Selain itu, ia juga menunjukkan kemampuan bertahan dengan tidur di atas bebatuan untuk menghindari predator berbahaya.

Kisah luar biasa Tinotenda ini tidak hanya membuat banyak orang terkejut, tetapi juga memberikan inspirasi tentang bagaimana keberanian dan kecerdikan bisa membawa seseorang keluar dari situasi yang sangat mengancam. Meskipun kondisinya sangat lemah setelah lima hari di hutan liar, Tinotenda tidak mengalami cedera serius dan kini sedang dalam pemulihan di rumah sakit.

Pencarian yang intens ini melibatkan banyak pihak, namun akhirnya Tinotenda ditemukan berkat bantuan penjaga hutan yang lebih mendalam melakukan pencarian. Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana kerjasama antara masyarakat, pihak berwenang, dan para ahli dapat membawa hasil yang luar biasa.

Taman Nasional Matusadona, yang terletak di sekitar Danau Kariba, menjadi saksi atas kisah ini. Sebagai habitat bagi banyak hewan liar, kawasan ini dikenal berbahaya, namun kini kisah Tinotenda menjadi bagian dari sejarah yang menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Kisah hidup Tinotenda yang bertahan hidup di alam liar penuh predator akan dikenang sebagai salah satu contoh luar biasa dari ketahanan manusia dalam menghadapi tantangan ekstrem.

Soal Jakarta Kota Global, Pramono Bicara Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Jakarta terus bertransformasi menjadi kota global dengan berbagai upaya peningkatan infrastruktur dan teknologi ramah lingkungan. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah pengelolaan sampah. Untuk mendukung status Jakarta sebagai kota global, diperlukan inovasi yang berkelanjutan, salah satunya melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Pramono Anung, Sekretaris Kabinet, mengungkapkan bahwa PLTSa akan menjadi solusi penting dalam menangani masalah sampah di ibu kota sekaligus memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat.

PLTSa Sebagai Solusi Ramah Lingkungan

Pramono menekankan bahwa PLTSa tidak hanya bertujuan untuk mengelola sampah, tetapi juga menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan kapasitas sampah harian yang mencapai ribuan ton, Jakarta memiliki potensi besar untuk mengubah limbah menjadi sumber energi yang terbarukan. “Ini adalah langkah konkret Jakarta menuju kota global yang berkelanjutan. Sampah yang dulu menjadi masalah, kini dapat menjadi solusi energi hijau,” ujarnya.

Tantangan Pengelolaan Sampah di Jakarta

Jakarta saat ini menghadapi tantangan serius dalam hal pengelolaan sampah. Setiap harinya, TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang menerima ribuan ton sampah dari berbagai wilayah di Jakarta. Volume sampah yang sangat besar membuat lahan TPA semakin terbatas, sehingga diperlukan inovasi untuk mengurangi ketergantungan pada pembuangan sampah konvensional. PLTSa diharapkan dapat mengatasi masalah ini dengan mengubah sampah menjadi listrik melalui proses pembakaran yang ramah lingkungan.

Kerja Sama dengan Pihak Swasta

Pramono juga menekankan pentingnya kerja sama dengan pihak swasta dalam pembangunan PLTSa. Menurutnya, keterlibatan sektor swasta akan mempercepat pembangunan pembangkit listrik ini dan membantu pendanaan proyek besar tersebut. Pemerintah DKI Jakarta sudah menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan energi untuk merealisasikan proyek PLTSa ini, yang diharapkan akan mulai beroperasi pada akhir 2025.

Harapan Jakarta dengan PLTSa

Dengan hadirnya PLTSa, Jakarta tidak hanya akan memiliki solusi jangka panjang untuk pengelolaan sampah, tetapi juga dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan. Ini juga akan mendukung tujuan Jakarta menjadi kota global yang bersih, hijau, dan berkelanjutan.