Author Archives: NOAH

https://orkutluv.com

Judul: Penundaan Tarif Trump Dorong IHSG Melejit ke Atas 6.200

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat lonjakan tajam pada awal perdagangan sesi I Kamis (10/4/2025) setelah pasar merespons positif kabar dari Amerika Serikat. Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap penerapan tarif resiprokal bagi sebagian besar negara mitra dagang. Kebijakan ini langsung memicu sentimen positif di pasar modal Indonesia. Pada pukul 09.10 WIB, IHSG melonjak 5,07% dan menembus level psikologis 6.234,34.

Volume transaksi tercatat mencapai 3,3 miliar saham dengan nilai sekitar Rp 3,02 triliun dan dilakukan dalam lebih dari 144.000 transaksi. Seluruh sektor mengalami penguatan signifikan, terutama sektor bahan baku yang mencatat kenaikan 6,49% dan sektor teknologi 5,36%. Dari sisi saham, tiga bank besar menjadi penopang utama indeks, yakni BBCA, BBRI, dan BMRI. Selain itu, saham GOTO juga menyumbang penguatan signifikan terhadap IHSG.

Di balik keputusan Trump, disebutkan bahwa lebih dari 75 negara mitra dagang tidak melakukan balasan tarif dan telah menyatakan kesiapan untuk berdialog. Namun, pengecualian berlaku bagi China, yang justru mendapat peningkatan tarif hingga 125% akibat sikap balasannya. Meski begitu, penundaan tarif tidak berlaku universal. Tarif 10% tetap diberlakukan secara menyeluruh, dan untuk negara seperti Kanada dan Meksiko, produk di luar kesepakatan tetap dikenai tarif tinggi.

Meskipun perang dagang belum sepenuhnya usai, keputusan Trump memberikan sedikit kelegaan sementara bagi pasar global.

Ekonomi Indonesia Tahan Banting di Tengah Goncangan Global

Ekonomi Indonesia dinilai cukup tangguh dalam menghadapi dinamika pasar global yang tidak menentu. Menurut Kepala Riset Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, potensi pemulihan pasar saham Indonesia cukup besar, apalagi dengan adanya aliran dana asing yang masuk. Meskipun selama libur pasar saham, nilai ETF Indonesia sempat turun hingga 10 persen, diperkirakan investor institusional, baik lokal maupun asing, akan kembali aktif karena likuiditas tunai yang tinggi setelah penjualan ekuitas sebelum libur panjang Idul Fitri.

Satria menyoroti bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat, yang hanya menyumbang sekitar dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia yang masing-masing bergantung sebesar 11 persen dan 10 persen. Bahkan meski produk Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 32 persen oleh AS, tarif tersebut masih lebih rendah dibanding negara pesaing seperti Tiongkok dan Bangladesh.

Penurunan harga minyak dunia sebesar 15 persen dan pelemahan rupiah sekitar 5 persen justru dianggap menjadi peluang, karena bisa mendongkrak daya saing ekspor manufaktur serta menarik minat investor asing terhadap instrumen keuangan Indonesia. Meski nilai tukar rupiah kini di kisaran Rp17.000 per dolar AS, depresiasi ini justru dilihat sebagai perlindungan alami terhadap efek kebijakan tarif dari AS. Satria juga menyatakan optimisme bahwa tanda-tanda pemulihan pasar global bisa lebih cepat terjadi, bahkan melampaui pemulihan pasca krisis tahun 2020.