Kabupaten Gresik, yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur, mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan ini didukung oleh kolaborasi antara perusahaan besar, pemerintah daerah, dan masyarakat yang berhasil menjadikan wilayah ini sebagai pusat pengolahan mineral. Berdasarkan hasil kajian terbaru dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, pendekatan inovatif dalam pengolahan mineral terbukti mampu memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang lebih maksimal bagi kawasan tersebut.
Penelitian yang dipimpin oleh Hendi Subandi menyoroti peran strategis PT Freeport Indonesia (PT FI) dalam membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Dalam laporan berjudul “Kolaborasi Antara Masyarakat, Pemerintah, dan Perusahaan dalam Optimalisasi Hilirisasi Mineral,” Hendi menguraikan berbagai program pemberdayaan yang telah diinisiasi oleh PT FI. Salah satu program unggulan adalah forum komunikasi yang disebut “Rembuk Akur,” yang melibatkan UMKM dan perangkat desa dari sembilan desa sekitar perusahaan.
Tujuan utama forum ini adalah menjembatani kebutuhan tenaga kerja perusahaan dengan potensi lokal di Gresik. Inisiatif ini berhasil menarik lebih dari 2.000 pelamar dari masyarakat setempat. Meski demikian, masih terdapat tantangan dalam mencocokkan keterampilan pelamar dengan kebutuhan industri. Kendati begitu, program ini menunjukkan bahwa pengolahan mineral di Gresik tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal.
Selain itu, PT FI juga memberikan prioritas kepada UMKM lokal di berbagai sektor seperti konstruksi, katering, keamanan, dan pengelolaan limbah. Salah satu contohnya adalah pengadaan seragam batik khas Gresik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Langkah ini tidak hanya mempererat hubungan perusahaan dengan masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah.
Penelitian tersebut juga menyoroti pentingnya model kolaborasi hexahelix untuk mendukung pengolahan mineral yang inklusif. Model ini melibatkan enam elemen utama, yaitu perusahaan, pemerintah daerah, LSM, institusi akademik, UMKM, dan media. Dengan pendekatan ini, berbagai tantangan dapat diatasi lebih efektif. Sebagai contoh, pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang mendukung, institusi pendidikan dapat menyediakan pelatihan keterampilan yang relevan, sementara media berperan mempublikasikan keberhasilan program.
Selain dampak ekonomi, pengolahan mineral juga membawa manfaat sosial yang signifikan. Kerja sama yang baik antar pihak memungkinkan operasional perusahaan berjalan dengan berkelanjutan, sementara masyarakat sekitar merasakan dampak positif. Salah satu usulan dari penelitian ini adalah pendanaan untuk pengembangan Sentra IKM Songkok Kemuteran dan Sentra IKM Mesin Logam di Pelemwatu Menganti, guna memperluas peluang bagi UMKM berkontribusi dalam industri pengolahan mineral.
Untuk memastikan keberlanjutan program ini, tim peneliti merekomendasikan penguatan pelatihan keterampilan bagi masyarakat lokal. Hal ini bertujuan menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi kebutuhan industri yang terus berkembang. PT FI juga memanfaatkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE sebagai pusat inovasi, yang dirancang untuk memberdayakan UMKM agar mampu bersaing di tingkat industri besar.
Hendi menyimpulkan bahwa dengan dukungan yang tepat, UMKM di Gresik memiliki potensi besar untuk berkembang dan memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan besar seperti PT FI. Penelitian ini menegaskan bahwa pengolahan mineral bukan hanya soal pemanfaatan sumber daya alam, tetapi juga menciptakan ekosistem industri yang inklusif, di mana masyarakat setempat turut mendapatkan manfaatnya.