Tag Archives: Perdagangan Internasional

https://orkutluv.com

Negosiasi Tarif Impor Indonesia-AS Menuju Titik Cerah, Kesepakatan Ditarget Rampung dalam 60 Hari

Proses negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat mengenai tarif impor resiprokal kini menunjukkan perkembangan positif. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan hal ini usai pertemuan tim negosiasi Indonesia dengan sejumlah pejabat tinggi AS pada Jumat, 18 April 2025. Delegasi Indonesia telah berdiskusi langsung dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Wakil Dagang AS Jamieson Greer, serta Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Rencananya, tim negosiasi Indonesia juga akan bertemu Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada pekan depan untuk melanjutkan pembahasan.

Airlangga menyampaikan bahwa kedua negara telah menyepakati penyelesaian negosiasi dalam jangka waktu 60 hari. Dalam pertemuan tersebut, beberapa pokok pembahasan berhasil dirumuskan dalam bentuk kerangka acuan. Topik yang dibahas meliputi kemitraan perdagangan dan investasi, kerjasama dalam bidang mineral kritis, serta penguatan rantai pasok yang tangguh. Pemerintah Indonesia berharap hasil dari pembahasan tersebut dapat segera diformalkan menjadi perjanjian bilateral yang disepakati kedua belah pihak.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, juga telah mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu AS, Marco Rubio, pada 16 April 2025. Pertemuan tersebut membahas penguatan kemitraan strategis, prioritas Astacita Presiden Prabowo Subianto, dan inisiatif dalam mendorong kemudahan berinvestasi di Indonesia. Negosiasi ini merupakan respons atas tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap Indonesia sebesar 32 persen, lebih tinggi dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Namun, sejak 9 April 2025, Trump menetapkan jeda tarif selama 90 hari, termasuk untuk Indonesia, guna memberikan ruang bagi negosiasi lebih lanjut. China, bagaimanapun, tidak mendapatkan keringanan tersebut.

Rupiah Menguat Tipis, Sentimen Positif dari AS Jadi Angin Segar

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan ringan setelah data inflasi AS dirilis lebih rendah dari perkiraan pasar. Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.790 per dolar AS pada Jumat, 11 April 2025, atau menguat tipis sebesar 0,03%. Posisi ini nyaris sama dengan penutupan hari sebelumnya di angka Rp16.795 per dolar AS, yang kala itu mencatatkan penguatan sebesar 0,39%. Namun, secara mingguan, rupiah masih mengalami pelemahan sebesar 1,42%, menunjukkan adanya tekanan dari tren jangka pendek.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat turun signifikan sebesar 0,92% menjadi 99,94 pada pukul 14:54 WIB, turun dari posisi penutupan sebelumnya di angka 100,87. Penurunan ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir. Melemahnya dolar AS dipicu oleh data inflasi tahunan Negeri Paman Sam yang terus menurun. Pada Maret 2025, inflasi tercatat sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year), turun dari 2,8% di Februari dan lebih rendah dari proyeksi 2,6%. Ini merupakan level terendah sejak September, memberikan harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed.

Dari sisi global, ketegangan terkait tarif perdagangan yang dipicu oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, mulai mereda setelah ia memutuskan menunda kenaikan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara. Keputusan ini disampaikan melalui unggahannya di platform X, di mana ia menyebutkan bahwa lebih dari 75 negara mitra dagang memilih berdiskusi daripada melakukan pembalasan. Langkah ini memberikan ketenangan bagi pasar, termasuk nilai tukar rupiah yang perlahan mulai pulih.

Misbakhun Desak BI Stabilkan Rupiah Usai Trump Terapkan Tarif Resiprokal

Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, meminta Bank Indonesia (BI) segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Seruan ini disampaikan sebagai respons terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden AS Donald Trump. Menurut Misbakhun, momen libur Lebaran merupakan waktu strategis bagi BI untuk menguji kebijakan stabilisasi yang paling tepat sebelum pasar kembali aktif.

Ia menekankan pentingnya menjaga nilai tukar rupiah agar tidak menembus batas psikologis yang bisa menimbulkan dampak ekonomi lebih luas. Dalam pandangannya, tekanan terhadap rupiah akan makin kuat seiring prediksi penurunan suku bunga oleh The Fed sebagai respons atas inflasi tinggi di AS. Penurunan suku bunga ini, kata dia, bisa menciptakan ketidakpastian baru dan menekan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk memengaruhi stabilitas nilai tukar di pasar uang.

Lebih lanjut, Misbakhun menyoroti potensi dampak kebijakan tarif AS terhadap ekspor Indonesia. Pada 2024, ekspor Indonesia ke AS mencapai 26,4 miliar dolar AS atau 9,9 persen dari total ekspor nasional. Ia khawatir tarif 32 persen yang diberlakukan mulai 9 April 2025 akan menekan daya saing produk ekspor unggulan Indonesia seperti tekstil, alas kaki, CPO, dan elektronik, yang sebagian besar merupakan industri padat karya.

Jika tekanan ini berlanjut, Misbakhun memperingatkan dampaknya bisa terasa hingga pada penerimaan negara. Ia menyebut perlu adanya penghitungan ulang terhadap target penerimaan dalam APBN 2025, mengingat sektor ekspor sangat berkontribusi terhadap pajak, bea masuk, dan PNBP.