PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengambil langkah strategis untuk memperketat pemberian kredit berdenominasi valuta asing (valas) demi menjaga kinerja keuangan di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menjelaskan bahwa pihaknya terus menerapkan manajemen risiko secara ketat, salah satunya melalui stress test yang memperhitungkan perubahan makro ekonomi termasuk pergerakan kurs rupiah. BNI mengutamakan penyaluran kredit valas kepada debitur yang memiliki perlindungan alami atau natural hedge dalam struktur bisnis mereka, guna meminimalisasi risiko. Di sisi lain, kondisi likuiditas dalam mata uang dolar Amerika Serikat diklaim masih berada di level yang sangat memadai, bahkan jauh di atas ketentuan regulator. Rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) BNI tercatat sebesar 151,72 persen dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) berada di angka 135,13 persen, keduanya berada di atas ambang batas minimum yang ditetapkan. Loan to Deposit Ratio (LDR) juga masih terjaga dalam koridor manajemen, serta cadangan alat likuid valas yang dimiliki juga mencukupi dan tetap dipelihara di atas batas toleransi risiko internal. Dengan pendekatan pengelolaan risiko yang disiplin serta kekuatan likuiditas yang stabil, BNI tetap optimis mampu menjaga stabilitas kinerja dan terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, meskipun pasar global diliputi ketidakpastian. Sementara itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan terbaru menguat 50 poin menjadi Rp16.823 per dolar AS, yang turut dipengaruhi oleh meredanya ekspektasi resesi di Amerika Serikat setelah pengumuman penangguhan tarif oleh Presiden Donald Trump kepada 75 negara selama 90 hari.

BNI Perkuat Strategi Kredit Valas, Siap Hadapi Gejolak Rupiah dan Global
Leave a reply