Tag Archives: Keuangan Indonesia

https://orkutluv.com

Judul: Dampak Penundaan Tarif Impor Trump Terhadap IHSG dan Nilai Tukar Rupiah

Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menunda penerapan tarif impor terhadap sejumlah negara selama 90 hari, memicu berbagai spekulasi di pasar global, termasuk di Indonesia. Situasi ini menjadi salah satu sentimen eksternal yang memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja pasar saham dan nilai tukar rupiah. Dalam kondisi seperti ini, banyak pihak mempertanyakan apakah pendekatan teknikal terhadap pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) masih relevan, mengingat dominasi faktor global dalam beberapa hari terakhir.

Dalam program Closing Bell yang disiarkan CNBC Indonesia pada Kamis, 10 April 2025, Dina Gurning berdialog dengan Managing Editor CNBC Indonesia, Ayyi Achmad Hidayah, serta analis pasar Sefti Oktarianisa. Mereka membahas bagaimana pasar keuangan Indonesia merespons keputusan tersebut. Kedua narasumber menilai bahwa walaupun penundaan tarif ini membawa angin segar sementara bagi pelaku pasar, investor tetap perlu mewaspadai dinamika geopolitik yang cepat berubah.

Sefti menyoroti bahwa reaksi pasar terhadap penundaan ini bersifat jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjang masih sangat tergantung pada keputusan lanjutan dari pihak AS. Ayyi menambahkan bahwa IHSG dan rupiah saat ini lebih banyak bergerak dipengaruhi oleh sentimen global ketimbang fundamental domestik. Oleh karena itu, investor perlu mengkombinasikan analisis teknikal dengan pendekatan makroekonomi agar bisa membaca arah pasar secara lebih utuh.

OJK: Jasa Keuangan Indonesia Tetap Stabil Meski Dunia Bergejolak

Mahendra Siregar yaitu adalah Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menegaskan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap menunjukkan stabilitas, yang ditopang oleh modal yang kuat serta likuiditas yang memadai.

Hal ini berhasil dipertahankan meskipun dunia menghadapi ketegangan geopolitik dan potensi meningkatnya perang dagang.

“Perang dagang meningkat sebagai dampak dari tarif yang dikenakan oleh beberapa negara, termasuk Amerika Latin, terhadap Tiongkok, khususnya terkait produk hijau dan besi baja,” ungkap Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner OJK yang digelar pada Senin (29/6/2024).

Mahendra juga menjelaskan bahwa tekanan inflasi di Amerika Serikat mulai mereda, didorong oleh moderasi di sektor tenaga kerja serta kinerja sektor riil yang menguat. Hal ini telah memberikan dorongan positif bagi pasar keuangan global.

Di sisi lain, otoritas moneter Eropa diperkirakan akan mengambil kebijakan yang lebih akomodatif guna menghadapi pelemahan ekonomi, di tengah laju inflasi yang relatif rendah.

Sementara itu, OJK juga memantau kebijakan ekonomi yang diambil oleh China, yang menanggapi lambatnya pertumbuhan ekonomi dengan berbagai langkah, baik dari sisi fiskal maupun moneter.

Bank sentral China telah menerapkan kebijakan moneter akomodatif yang selaras dengan langkah pemerintah yang mengeluarkan insentif fiskal yang agresif, termasuk penerbitan pinjaman khusus senilai 1 triliun yuan sekitar US$ 138 Milliar Rupiah.

Mahendra juga menekankan bahwa perekonomian domestik Indonesia tetap bersinar, dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,11% pada kuartal pertama 2024. Angka ini melebihi ekspektasi pasar, didorong oleh belanja pemerintah, lembaga nonprofit, serta konsumsi rumah tangga.

“Pertumbuhan ini sejalan dengan momentum Pemilu, kebijakan kenaikan gaji, pembayaran THR bagi ASN dan pensiunan, serta pengeluaran terkait periode Ramadan,” jelas Mahendra.