Tag Archives: Investasi Asing

https://orkutluv.com

Stabil di Tengah Guncangan Global, Yield SBN RI Tunjukkan Daya Tahan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tetap solid meskipun tekanan global semakin meningkat. Hal ini terlihat dari pergerakan imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang cenderung menurun sepanjang kuartal I-2025, meskipun terjadi fluktuasi. Ia mengungkapkan bahwa yield SUN turun sebesar 2 basis poin (bps) menjadi 7,00 persen secara year-to-date. Penurunan ini mencerminkan tingginya minat investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia, mengingat hubungan terbalik antara yield dan harga obligasi.

Namun, setelah libur panjang Idulfitri 1446 H, tepatnya pada 8 April 2025, yield sempat naik ke level 7,08 persen, terdorong oleh pengumuman kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat yang diluncurkan oleh Presiden Donald Trump. Kendati demikian, kondisi pasar segera pulih. Per 22 April 2025, yield kembali turun ke level 6,98 persen, menandakan sentimen positif kembali mendominasi.

Dari sisi kepemilikan, investor asing menambah kepemilikan SBN sebesar Rp15,23 triliun secara year-to-date hingga 27 Maret 2025, meskipun porsinya sedikit turun menjadi 14,25 persen per 22 April. Sementara itu, Bank Indonesia tercatat membeli SBN senilai Rp80,98 triliun hingga tanggal yang sama, terdiri dari pasar sekunder sebesar Rp54,98 triliun dan pasar primer melalui SPN, termasuk syariah, senilai Rp26,00 triliun. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut langkah ini sebagai bagian dari penguatan sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal demi menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Negosiasi Tarif Impor Indonesia-AS Menuju Titik Cerah, Kesepakatan Ditarget Rampung dalam 60 Hari

Proses negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat mengenai tarif impor resiprokal kini menunjukkan perkembangan positif. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan hal ini usai pertemuan tim negosiasi Indonesia dengan sejumlah pejabat tinggi AS pada Jumat, 18 April 2025. Delegasi Indonesia telah berdiskusi langsung dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Wakil Dagang AS Jamieson Greer, serta Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Rencananya, tim negosiasi Indonesia juga akan bertemu Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada pekan depan untuk melanjutkan pembahasan.

Airlangga menyampaikan bahwa kedua negara telah menyepakati penyelesaian negosiasi dalam jangka waktu 60 hari. Dalam pertemuan tersebut, beberapa pokok pembahasan berhasil dirumuskan dalam bentuk kerangka acuan. Topik yang dibahas meliputi kemitraan perdagangan dan investasi, kerjasama dalam bidang mineral kritis, serta penguatan rantai pasok yang tangguh. Pemerintah Indonesia berharap hasil dari pembahasan tersebut dapat segera diformalkan menjadi perjanjian bilateral yang disepakati kedua belah pihak.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, juga telah mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu AS, Marco Rubio, pada 16 April 2025. Pertemuan tersebut membahas penguatan kemitraan strategis, prioritas Astacita Presiden Prabowo Subianto, dan inisiatif dalam mendorong kemudahan berinvestasi di Indonesia. Negosiasi ini merupakan respons atas tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap Indonesia sebesar 32 persen, lebih tinggi dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Namun, sejak 9 April 2025, Trump menetapkan jeda tarif selama 90 hari, termasuk untuk Indonesia, guna memberikan ruang bagi negosiasi lebih lanjut. China, bagaimanapun, tidak mendapatkan keringanan tersebut.

Tarif 32 Persen dari Trump Dinilai Tak Guncang Ekonomi RI, ADB Ungkap Alasannya

Kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, dinilai tidak akan membawa dampak besar terhadap perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Pandangan ini disampaikan oleh Nguyen Ba Hung, Ekonom Bidang Asia Tenggara dari Bank Pembangunan Asia (ADB), dalam pemaparan Asian Development Outlook (ADO) April 2025. Ia menegaskan bahwa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar dua persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga paparan terhadap kebijakan tersebut masih tergolong rendah. Terlebih lagi, struktur ekonomi Indonesia lebih ditopang oleh konsumsi dalam negeri serta investasi, bukan dari ekspor. Nguyen menjelaskan bahwa kebijakan kenaikan tarif tersebut lebih didorong oleh keberhasilan Indonesia menjaga surplus neraca perdagangannya dengan Amerika Serikat, bukan semata-mata faktor proteksionisme. Meski begitu, ia mengakui bahwa pihaknya belum dapat memberikan taksiran kuantitatif terhadap dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, mengingat situasinya masih terlalu dini untuk dianalisis secara matematis. Presiden Donald Trump sendiri telah mengumumkan kebijakan tarif impor minimum sebesar 10 persen terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia yang berada di peringkat kedelapan dalam daftar dengan tarif mencapai 32 persen. Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan justru melihat adanya potensi positif dalam pergeseran posisi Indonesia dalam rantai perdagangan global. Ia menilai bahwa langkah Amerika ini bisa menjadi peluang strategis untuk menarik lebih banyak investasi asing dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baru di kawasan.

Ekonomi Indonesia Tahan Banting di Tengah Goncangan Global

Ekonomi Indonesia dinilai cukup tangguh dalam menghadapi dinamika pasar global yang tidak menentu. Menurut Kepala Riset Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, potensi pemulihan pasar saham Indonesia cukup besar, apalagi dengan adanya aliran dana asing yang masuk. Meskipun selama libur pasar saham, nilai ETF Indonesia sempat turun hingga 10 persen, diperkirakan investor institusional, baik lokal maupun asing, akan kembali aktif karena likuiditas tunai yang tinggi setelah penjualan ekuitas sebelum libur panjang Idul Fitri.

Satria menyoroti bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat, yang hanya menyumbang sekitar dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia yang masing-masing bergantung sebesar 11 persen dan 10 persen. Bahkan meski produk Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 32 persen oleh AS, tarif tersebut masih lebih rendah dibanding negara pesaing seperti Tiongkok dan Bangladesh.

Penurunan harga minyak dunia sebesar 15 persen dan pelemahan rupiah sekitar 5 persen justru dianggap menjadi peluang, karena bisa mendongkrak daya saing ekspor manufaktur serta menarik minat investor asing terhadap instrumen keuangan Indonesia. Meski nilai tukar rupiah kini di kisaran Rp17.000 per dolar AS, depresiasi ini justru dilihat sebagai perlindungan alami terhadap efek kebijakan tarif dari AS. Satria juga menyatakan optimisme bahwa tanda-tanda pemulihan pasar global bisa lebih cepat terjadi, bahkan melampaui pemulihan pasca krisis tahun 2020.

Rupiah Menguat Tipis di Awal Perdagangan, Stabil di Tengah Tekanan Global

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan tipis pada pembukaan perdagangan Rabu pagi di Jakarta. Rupiah naik 8 poin atau sekitar 0,05 persen, menjadi Rp16.604 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.612 per dolar AS. Meskipun penguatan ini relatif kecil, pergerakan rupiah menunjukkan daya tahan terhadap tekanan eksternal yang masih berlangsung.

Penguatan ini mencerminkan stabilitas rupiah di tengah tekanan ekonomi global yang bergejolak. Sentimen investor terhadap aset berisiko tetap cukup stabil, sementara faktor eksternal seperti kebijakan moneter bank sentral AS dan fluktuasi harga komoditas turut memengaruhi pergerakan mata uang Indonesia. Prospek kebijakan suku bunga The Fed dan perkembangan geopolitik global juga menjadi faktor yang terus dipertimbangkan oleh para pelaku pasar.

Di sisi lain, pelaku pasar domestik terus memantau kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan nilai tukar. Otoritas moneter mengambil langkah strategis, seperti intervensi di pasar valas serta pengendalian inflasi, guna memastikan kestabilan rupiah di tengah ketidakpastian global. Selain itu, upaya untuk memperkuat cadangan devisa juga menjadi salah satu strategi utama dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Faktor lain yang turut menopang pergerakan rupiah adalah arus investasi asing dan kinerja ekspor yang tetap kuat di beberapa sektor. Meskipun pasar masih berpotensi menghadapi volatilitas akibat berbagai faktor eksternal, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tetap tinggi. Pemerintah dan Bank Indonesia terus mengawasi dinamika pasar guna menjaga stabilitas ekonomi nasional dan memastikan rupiah tetap berada dalam kisaran yang terkendali. Dengan pengelolaan kebijakan yang tepat, diharapkan rupiah mampu bertahan dan terus menguat dalam jangka panjang.

Investor Global Masih Percaya, Indonesia Tarik Modal Asing Signifikan

Kepercayaan investor internasional terhadap stabilitas ekonomi dan fiskal Indonesia tetap tinggi. Hal ini terlihat dari aliran investasi asing yang masuk mencapai sekitar 875 juta dolar AS sejak awal 2025 hingga pertengahan Maret 2025. Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, menyatakan bahwa pencapaian ini menunjukkan kuatnya pengelolaan fiskal Indonesia, yang juga didukung oleh daya tarik Surat Utang Negara (SUN) yang kompetitif.

Yield obligasi negara tetap stabil meskipun pasar keuangan global mengalami gejolak. SUN tenor 10 tahun menunjukkan daya saing yang tinggi, membuktikan bahwa risiko investasi di Indonesia masih dalam batas wajar dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Stabilitas ini didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang solid, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03 persen secara tahunan pada 2024. Konsumsi domestik yang kuat, inflasi yang terkendali meskipun sempat mengalami deflasi 0,09 persen, serta performa positif sektor manufaktur dan perdagangan menjadi faktor pendorong utama.

Minat investor global terhadap SUN juga tercermin dalam surplus neraca pembayaran tahun 2024 sebesar 7,2 miliar dolar AS. Peningkatan arus modal masuk ke SBN sepanjang 2024 mencapai 3,18 miliar dolar AS, menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap instrumen keuangan Indonesia. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil lelang SBN pada 18 Maret 2025, yang mencatat penawaran sebesar Rp61,76 triliun dengan bid-to-cover ratio yang cukup tinggi.

Pemerintah terus menerapkan disiplin fiskal yang ketat, dibuktikan dengan surplus keseimbangan primer sebesar Rp48,1 triliun di awal 2025. Efisiensi belanja dilakukan dengan tetap mempertahankan anggaran prioritas seperti perlindungan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa hasil lelang SUN terbaru mencerminkan kepercayaan pasar terhadap pengelolaan fiskal Indonesia, dengan penawaran masuk yang mencapai Rp61,75 triliun, atau 2,38 kali lipat dari target indikatif Rp26 triliun.

Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Dewan Ekonomi Nasional untuk membahas deregulasi sektor padat karya, termasuk industri tekstil. Pertemuan ini melibatkan Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, dan Luhut Binsar Pandjaitan, guna memperkuat sektor industri dalam negeri.

Pentingnya Investasi Asing Untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Jakarta – Investasi asing menjadi salah satu pilar penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, keberadaan investasi asing dinilai mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, dan transfer teknologi.

Salah satu dampak positif dari investasi asing adalah percepatan pembangunan infrastruktur. Banyak proyek infrastruktur strategis, seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara, didanai oleh investor asing. Dengan adanya dana dan teknologi dari luar, proyek-proyek ini dapat selesai lebih cepat, yang pada gilirannya akan meningkatkan konektivitas dan efisiensi transportasi di Indonesia.

Investasi asing juga berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja baru. Dengan hadirnya perusahaan-perusahaan asing, ribuan hingga puluhan ribu lapangan pekerjaan tersedia bagi masyarakat. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi angka pengangguran, tetapi juga meningkatkan daya beli masyarakat melalui upah yang lebih baik.

Keberadaan investasi asing di Indonesia juga membawa dampak positif dalam hal transfer teknologi dan pengetahuan. Perusahaan-perusahaan multinasional sering kali memperkenalkan teknologi terbaru dan praktik bisnis yang lebih efisien. Hal ini dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Indonesia, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan bersaing di pasar global.

Investasi asing juga berkontribusi dalam memperkuat stabilitas ekonomi nasional. Dengan adanya aliran investasi yang stabil, negara dapat lebih tahan terhadap gejolak ekonomi global. Selain itu, investasi asing yang masuk dapat meningkatkan cadangan devisa negara, yang penting untuk menjaga nilai tukar rupiah dan mendukung kebijakan moneter.

Dalam menghadapi tantangan ekonomi global, pentingnya investasi asing bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Melalui pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, dan penguatan stabilitas ekonomi, investasi asing berperan sebagai motor penggerak yang membantu Indonesia mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Ke depan, upaya untuk menarik lebih banyak investasi asing harus terus dilakukan agar potensi ekonomi Indonesia dapat dimaksimalkan.