Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat diperkirakan bergerak mendatar akibat pengaruh berbagai sentimen baik dari dalam maupun luar negeri. IHSG dibuka menguat 7,02 poin atau 0,11 persen ke level 6.388,69, sementara indeks LQ45 justru melemah 8,25 poin atau 1,16 persen ke posisi 701,95. Tim Riset Mirae Asset Sekuritas menilai pergerakan IHSG saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan relaksasi buyback tanpa RUPS dibandingkan faktor fundamental yang kuat.
Aliran dana asing masih menunjukkan tren keluar dari pasar saham Indonesia, dengan net sell asing mencapai Rp499,3 miliar pada perdagangan sebelumnya. Secara keseluruhan, total net outflows asing sepanjang Maret 2025 sudah menyentuh Rp8,9 triliun atau sekitar 544 juta dolar AS, sedangkan sejak awal tahun 2025 jumlahnya mencapai Rp30,8 triliun atau setara dengan 1,9 miliar dolar AS.
Ketidakpastian global dan domestik masih menjadi faktor utama yang membayangi pergerakan IHSG. Di tingkat global, pasar terus mencermati ketegangan perdagangan Amerika Serikat dengan mitra dagangnya serta kebijakan suku bunga The Fed. Sementara itu, di dalam negeri, kekhawatiran investor dipicu oleh kebijakan fiskal pemerintah, termasuk rencana belanja sosial besar-besaran di tengah penurunan penerimaan pajak. Isu politik seperti spekulasi mundurnya Sri Mulyani dan rencana perubahan legislatif terkait peran militer dalam lembaga sipil juga turut menambah ketidakpastian pasar.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat pada Kamis ditutup sedikit melemah setelah mengalami pergerakan fluktuatif. Indeks Dow Jones turun 11,31 poin atau 0,03 persen ke 41.953,32, sementara S&P 500 terkoreksi 12,40 poin atau 0,22 persen ke 5.662,89. Nasdaq Composite juga melemah 59,16 poin atau 0,33 persen ke level 17.691,63. Pasar Asia pun menunjukkan pergerakan beragam, dengan indeks Nikkei naik 93,54 poin ke 37.874,61, sementara indeks Shanghai dan Straits Times mengalami pelemahan masing-masing sebesar 0,29 persen dan 0,60 persen.