Donald Trump kembali memenangkan pemilihan presiden AS. Bagi banyak pengamat, langkah-langkah yang diambilnya selama periode pertama dapat memberikan gambaran tentang apa yang mungkin dilakukan Trump dalam masa jabatan keduanya.
Saat pertama kali mencalonkan diri pada tahun 2015, Trump mengejutkan banyak pihak karena berhasil memenangkan pemilihan tanpa dukungan penuh dari mesin Partai Republik, tanpa platform politik yang jelas, dan dengan anggaran yang terbatas. Slogannya, “Make America Great Again” (MAGA), menjadi simbol visi politiknya untuk “mengembalikan kejayaan Amerika.”
Dalam kampanyenya, Trump menjanjikan beberapa langkah tegas, seperti membangun tembok perbatasan dan mengusulkan larangan masuk untuk umat Muslim. Sebagai figur yang sering tampil anti-sistem, ia berjanji untuk “menguras rawa” atau memberantas korupsi di Washington.
Kini, setelah kembali memenangkan pemilihan, banyak yang memperkirakan Trump akan mencoba menyelesaikan proyek-proyek yang belum terlaksana dari masa jabatan pertamanya. Salah satu agenda yang kemungkinan besar akan kembali diperjuangkan adalah kebijakan imigrasi, terutama proyek besar untuk menutup perbatasan AS dengan Meksiko.
Agenda Imigrasi dan Kebijakan Perbatasan yang Mungkin Dilanjutkan
Isu imigrasi dan perbatasan kembali menjadi fokus dalam kampanye Trump. Trump mengklaim bahwa imigrasi ilegal telah menimbulkan berbagai masalah, meskipun banyak pernyataannya tidak didukung oleh bukti konkret. Dia menuding imigran ilegal meningkatkan angka kejahatan dan menaikkan harga properti, serta menyebut negara-negara lain seperti Venezuela sengaja mengirim tahanan mereka ke AS.
Trump juga berjanji untuk melancarkan upaya deportasi besar-besaran, yang ia sebut sebagai “deportasi terbesar dalam sejarah Amerika.” Menurut data Pew Research Center, pada tahun 2022 ada sekitar 11 juta migran tanpa dokumen resmi di AS. Namun, Trump meyakini jumlahnya lebih tinggi.
Para ahli memperingatkan bahwa deportasi besar-besaran ini akan memerlukan biaya tinggi dan menghadapi tantangan besar dalam pelaksanaannya. Selain itu, kebijakan ini dapat mengganggu sektor-sektor ekonomi yang bergantung pada pekerja migran tanpa dokumen, seperti produksi dan distribusi pangan.
Trump juga berencana melanjutkan pembangunan tembok di perbatasan Meksiko. Pada akhir masa jabatannya yang pertama, Trump mengklaim telah membangun tembok sepanjang sekitar 727 kilometer, meskipun sebagian besar adalah renovasi pagar lama.
Kebijakan Ekonomi: Pajak dan Tarif
Trump juga dikenal dengan kebijakan ekonominya, termasuk pengurangan pajak dan penambahan tarif perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Pada masa jabatannya yang pertama, ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan positif sebelum pandemi Covid-19, dan kinerja ini menjadi salah satu keunggulan yang dibawanya dalam kampanye.
Menurut survei dari Gallup, sebanyak 54 persen pemilih mempercayai bahwa Trump mampu menangani isu ekonomi lebih baik dibandingkan pesaingnya, Kamala Harris. Dukungan ini menunjukkan harapan publik bahwa Trump akan kembali mendorong kebijakan-kebijakan ekonomi yang pro-bisnis dan menguntungkan para pekerja AS.
Dengan kemenangan Trump, publik AS kini menantikan langkah-langkah yang akan diambil dalam kebijakan imigrasi, ekonomi, dan keamanan perbatasan di masa jabatan keduanya.